Jaringan Intelektual Aceh Abad ke-17 M

NASKAH ini merupakan salinan Kitab Al-Mawahib Al-Mustarsilah 'ala At-Tuhfah Al-Mursalah, sebuah komentar yang ditulis Syaikh Aminuddin 'Abdurrauf Al-Fanshuri Al-Jawiy terhadap At-Tuhfah Al-Mursalah yang ditulis ulama India, Syamsuddin Muhammad bin Fadhlullah. Dalam karya ini, Syaikh 'Abdurrauf menyebutkan bahwa di zamannya At-Tuhfah Al-Mursalah telah sampai ke Pulau Aceh yang ramai. Hal ini sedikit banyak menggambarkan jaringan intelektualitas yang telah terbentuk di zaman itu, dan menandakan Aceh adalah pusat kebudayaan dan keilmuan yang besar di Nusantara.

Gambar 1:

هذا شرح المواهب المسترسلة على التحفة المرسلة تأليف 
العالم العلامة الحبر البحر الفهامة فريد عصره وحيد 
دهره العارف أمين الدين الشيخ عبد الرؤف
ابن الشيخ علي الفنصوري الجاوي الآشي
أسبل الله عليهما ستور الرحمة والرضوان
وأسدل علينا ببركاتهما سدول المغفرة 
والإحسان أمين
اللهم أمين
Terjemahan: 
Inilah penjelasan “Al-Mawahib Al-Mustarsilah ‘Ala At-Tuhfah Al-Mursalah” karangan yang ‘alim lagi terlebih ‘alim, [yang bagai] dawat pena dan laut, yang terlebih paham, yang istimewa di zamannya lagi tunggal di masanya, yang ‘arif Aminuddin Syaikh ‘Abdur Ra’uf bin Syaikh ‘Ali Al-Fanshuriy Al-Jawiy Al-Asyi semoga Allah mengulurkan tirai-tirai rahmat dan ridha kepada keduanya dan menurunkan kepada kita dengan barakat keduanya turunan-turunan kebaikan dan keampunan-Nya. Ya Allah perkenankanlah.


Gambar 2:

... ثم مما صنف في هذا العلم العظيم الحاوي 
لكل معنى حسيم رسالة أرسلت من الديار الهندية إلى الجزيرة المعمورة
الآشية منسوبة إلى الفاضل والامام الألمعي الكامل الفائز بقصب 
السبق في حلبة ميدان معرفة الحق العارف بالله شمس الدين الحاذق
محمد بن فضل الله متعنا الله بوجوده وأسبغ عليه وافر جوده بمحمد
وآله ومن نسج على منواله وهي من أنفع المختصرات وأسهل العبارات 
على أهل النهايات لا البدايات حوت من كل لفظ أنيقه ومن كل معنى
دقيقه عروس لم يفتض ختامها ولا لثم لثامهاا

Terjemahan: 
"Di antara karangan yang disusun dalam ilmu ini (ilmu Tauhid), yang mengandung segala makna yang putus, ialah sebuah risalah yang dikirimkan dari negeri-negeri India ke pulau Aceh yang ramai, yang disandarkan kepada seorang yang utama, imam yang cemerlang lagi sempurna, pemenang tongkat kepeloporan di pentas bidang ma’rifatul haq (pengetahuan tentang Allah Ta’ala) Al-‘Arif billah Syamsuddin (matahari agama) yang cerdas Muhammad bin Fadhlullah, semoga Allah membahagiakan kita dengan keberadaannya serta menyelimutinya dengan kemurahan-Nya yang melimpah dengan [barakah] Muhammad dan Keluarga beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau. Risalah ini adalah di antara risalah-risalah yang amat bermanfaat, kalimat-kalimatnya sangat mudah bagi orang-orang yang hidup di masa-masa terakhir bukan di awal-awalnya, di dalamnya termuat yang indah dari setiap kata, yang halus dari setiap makna, umpama pengantin yang tidak melepaskan cincinnya, tidak menurunkan cadarnya.

Gambar 3:


ثم لما كان أمرها 
كذلك وشأنها على ما هنالك التمس مني بعض الإخوان فيما تقدم
من ماضي الزمان ممن له الدراية والدراسة شأن ممن قرأها علي بعد
ذلك وأتقن ما قرأه ولكنه منه على حسب ما أمكنه أن أضع عليها شرحا 
يبين مرادها ويحل ما تعقد من ألفاظها فأجبته لذلك مع قصوري
عما هنالك لقلة بضاعتي وضعف صناعتي غير أني لما أخلصت
في التوكيل على الوكيل جاء بحمد الله خاليا عن التطويل والتعليل
حاويا لكل معنى جزيل ينفع به المبتدي ويرجع إليه المنتهي وسميته 
بالمواهب المسترسلة على التحفة المرسلة وأسأل الله الكريم 
رب العرش العظيم أن ينتفع به كل طالب ويبلغ به أقصى المقاصد 
والمأرب أنه على ذلك قدير وبالإجابة جدير

Terjemahan: 
"Karena risalah tersebut demikian halnya dan begitulah kedudukannya, maka seorang sahabat (saudara)—di mana pada waktu yang lalu ia adalah salah seorang yang dalam pengetahuan dan kajian seperingkat dengan orang yang kemudian membacakan (mengajarkan) risalah itu kepada saya dan ia cermat dalam bacaannya tetapi itu sejauh yang ia mampu—meminta kepada saya untuk menyusun sebuah penjelasan (komentar) yang menerangkan maksud [isi] risalah tersebut serta menguraikan kata-katanya yang rumit, maka saya terima permintaan tersebut meskipun kemampuan saya terbatas untuk mengerjakannya sebab sedikitnya bekal ilmu yang saya miliki dan lemahnya keterampilan [menulis] saya, namun manakala saya menuluskan penyerahan diri kepada Yang Maha tempat memasrahkan diri maka karangan saya ini, dengan segala puji kepada Allah, terhindar dari panjang lebar [yang bertele-tele] dan yang mencacatkan, memuat makna-makna yang melimpah, bermanfaat bagi pemula dan menjadi rujukan bagi yang sudah tamat. Dan saya menamakannya dengan Al-Mawahib Al-Mustarsilah ‘ala At-Tuhfah Al-Mursalah. Saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Tuhan ‘Arasy yang agung, supaya karangan ini bermanfaat bagi setiap penuntut ilmu dan menjadi perantara untuk mencapai maksud dan tujuan yang jauh, sesungguhnya Dia untuk itu Maha Kuasa dan untuk mengabulkannya teramat pantas."


Gambar-gambar ini diambil pada Desember 2005 saat saya berkunjung ke rumah Kakanda saya yang mulia Tgk. H. Mutiara Fahmi di Dayah Tgk. Haji Muhammad Hasan Krueng Kale, di Sim. Naskah manuskrip ini adalah milik Tgk. Haji Muhammad Hasan Krueng Kale yang kemudian diwarisi putra beliau Tgk. Syaikh Marhaban--Rahimahuma Allah. 

Dengan segala penghormatan dan ta'zhim kepada Kakanda saya dan keluarga besar Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kale, saya tuliskan petikan teks pendahuluan kitab tersebut dan saya terjemahkan secara harfiah.

Saya tuliskan petikan ini seiring melintasnya sebuah harapan yang amat besar agar Adinda saya yang 'alim dan utama Tgk. Herman Syah suatu hari dapat menyusun dan menerbitkan sebuah karangan tentang naskah-naskah manuskrip dari karya-karya Syaikh 'Abdurrauf bin 'Ali Al-Fanshuri yang berada di berbagai perpustakaan di Aceh dan luar Aceh. Saya juga berharap agar ada hartawan Aceh yang bersedia mendukung kerja berat tersebut karena untuk mengharapkan perhatian pihak pemerintah Aceh dalam dunia kebudayaan dan ilmu pengetahuan semisal ini sungguh suatu yang jauh, semoga Allah menunjuki kita semua ke jalan lurus. [Meugat Seukandar]