Dayah di Lam Nyong

'Barakah'

Gambar: Dayah di Lam Nyong
Sumber: J. C. Van Eerde, De Volken van Nederlandsch Indie I, Amsterdam, 1920.

GAMBAR ini mengungkit kenangan masa remaja saat saya dan kawan-kawan berpindah-pindah dari satu rangkang (kelas) ke rangkang lain pada waktu pagi, tengah hari dan malam. Duduk di hadapan teungku-teungku kami membacakan Al-Ghayah wat Taqrib, Al-'Awamil, Al-Ajrumiyyah lalu Hasyiyah Al-Bajuri, Al-Mutammimah kemudian Fathul Mu'in, Al-Jauharul Maknun dan lain-lainnya. Sampai suatu waktu kemudian kami sudah mengawali halqah pelajaran dengan mengulang hafalan Manzhumah Al-Baiquniyah dan Alfiyah Ibni Malik. Kami juga membaca Qathr An-Nada dan Syarh Ibni 'Aqil 'Ala Alfiyah Ibni Malik dalam kelas di mana kami juga membaca Al-Mahalliy 'Ala Al-Minhaj.

Masa itu paling istimewa. Di sana ada suasana yang sulit sekali dilukiskan, tapi yang jelas sangat damai serta menentramkan di mana hati dan pikiran terasa begitu lapang. Itulah kiranya yang dinamai dengan barakah. Saya masih bisa merasakan barakah yang turun dalam suasana itu sekalipun telah berselang lebih dari 20 puluh tahun lamanya. Dan saat melihat gambar ini, barakah itu benar-benar terkenang dan terasa lagi.

Dalam waktu saya meninggalkan masa remaja, saya juga meninggalkan kampung halaman. Dan tak lama setelah berada jauh dari kampung halaman, ketentraman atau barakah seperti itu mulai jarang mengunjungi saya. Bahkan, untuk waktu yang terbilang lama, ia sama sekali tidak pernah datang lagi. Ketika rambahan ke alam pikir yang baru semakin luas dan dalam, kegundahan pun datang tumpang tindih seolah tiada akan pernah berkesudahan. Suatu waktu kemudian saya malah mulai khawatir dengan diri saya sendiri.

Dalam masa-masa yang dikelamkan oleh kegundahan, sekali waktu, kenangan akan ketentraman itu sempat juga hadir. Ketika itu saya sedang memegang sebuah bacaan yang sangat bernilai. Yaitu, sebuah otobiografi dari goresan pena Syaikh Abdul Halim Mahmud-Rahimahullah-yang bertajuk: "Al-Hamdulillah, Hadzihi Hayatiy" (segala puji bagi Allah, inilah hidupku).

Salah satu kisah masa remaja yang diceritakan Syaikh Abdul Halim dalam otobiografinya, dan masih saya ingat sampai sekarang, ialah tentang kesukarannya dalam menguasai ilmu An-Nahw. Ia sering gagal dalam ujian mata pelajaran tersebut. Remaja 'Abdul Halim kemudian tersadar bahwa An-Nahw tidak akan pernah keluar dari Alfiyah Ibni Malik. Ia lantas menghafal manzhumah itu. Ternyata, benar. Dengan menghafal Alfiyah, ia berhasil lulus dalam mata pelajaran An-Nahw dengan nilai sangat memuaskan.

Selesai membaca kisah itu, saya jadi terkenang suasana yang pernah saya rasakan saat berada di kampung halaman. Kala itu terlintas pula dalam benak saya sebuah keyakinan bahwa saya memang telah menempuh jalan yang benar dan tepat dalam pendidikan awal saya. Namun ketentraman dan barakah seperti yang pernah saya lalui di masa remaja belum juga kunjung bersua. Berada dalam alam pikir di mana saya berada saat itu persis seperti berada di tengah-tengah lautan manakala badai mengamuk dengan hebatnya. Saya terhempas dan nyaris punah.

Untunglah, kemudian, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menganugerahkan untuk saya tangan penyelamat. Tangan tersebut begitu kokoh dan terulurkan untuk mengangkat saya dari kegelapan alam pikir yang menggundahkan serta membingungkan.

Saya akhirnya kembali menemukan ketentraman dan barakah ketika berada di hadapan karya-karya Al-'Allamah Mahmud Muhammad Syakir-Rahimahullah.

Amat beruntunglah saya. Beliaulah yang telah merajut kembali diri saya yang sudah lama dikoyak dan diberantakkan oleh kesangsian. Beliau menyambungkan saya kembali dengan masa remaja di mana saya merasakan ketentraman dan barakah, dan bahkan menyambungkan saya dengan zaman seperti yang diperlihatkan gambar ini, malah lebih jauh dari zaman itu lagi, ke cakrawala yang tidak terukur luasnya. Saya telah dipandu ke warisan Umat yang mulia ini dari semenjak permulaan kisahnya, dan dalam waktu yang sama juga telah ditunjukkan ke mana harus mengarahkan diri dalam pengabdian.

Inilah sekelumit kenangan yang diungkit oleh gambar yang menampilkan guru dan para murid sebuah dayah di Lam Nyong tempo dulu.

Posting Komentar

0 Komentar