Ayat-ayat Al-Qur’an Terlantar di Situs Pango Deah


Salah satu nisan Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam yang memuat
pahatan ayat alqur’an tergeletak diantara puing – puing sampah
di Gampong Pangoe Deah (Foto: CISAH)

ENTAH siapa yang akan menanggung dosa. Yang jelas, pahatan ayat-ayat Al-Qur’an di sebuah situs sejarah di Gampong Pango Deah, Banda Aceh, kini tergeletak bersama sampah-sampah bangunan. “Orang zaman dulu mengukir ayat-ayat Al-Qur’an pada batu nisan sebagai sebuah kreasi seni budaya Islam yang indah,” ujar Taqiyuddin, peneliti sejarah Islam. “Mungkin, mereka dulu mengira, karya-karya mereka akan dimengerti dan dihargai oleh anak cucu, akan dirawat baik-baik,” kata dia kepada misykah.com, di Banda Aceh, Ahad (8/12/2013)

Menurut Taqiyuddin, hasil pantauannya di situs sejarah tersebut, keadaan nisan-nisan yang bersuratkan ayat-ayat Al-Qur’an itu sangat memprihatinkan. Nisan-nisan itu sudah tidak insitu lagi, terguling ke bawah gundukan tanah bekas kompleks aslinya, tertutup sampah-sampah bangunan dan ilalang. Saat ilalang disibak, tampak lipan-lipan kecil sudah menduduki pahatan-pahatan kaligrafi yang indah. “Hewan-hewan ini, mungkin, merasa aman tinggal di situ,” gurau Taqiyuddin tanpa senyum.

Situs sejarah tersebut berada di belakang sebuah bangunan yang sedang didirikan, tidak jauh dari kompleks makam Po Teuh Meurhoem di Gampong Ilie. Diyakini, situs-situs sejarah itu berada dalam satu asosiasi. Menurut Taqiyuddin, “Nisan makam yang dijumpai di Pango Deah ini mirip sekali dengan beberapa nisan makam di Gampong Pande yang memiliki hubungan kekerabatan dengan tokoh-tokoh dikuburkan di Po Teuh Meurhom. Jadi dapat diyakini, nisan-nisan itu berasal dari abad ke-10 Hijriah atau ke-16 Masehi”.

Hal terpenting, menurut Taqiyuddin, selain nisan-nisan itu merupakan tinggalan sejarah yang bernilai dan memuat informasi-informasi masa lalu, ialah karena adanya pahatan-pahatan ayat-ayat Al-Qur’an. “Ini tidak boleh ditelantarkan begitu saja. Pahatan ayat-ayat Al-Qur’an itu harus segera diselamatkan untuk menjaga kehormatan ayat-ayat suci tersebut,” tegasnya lagi.

Ia berharap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh segera turun tangan untuk menyelamatkan tinggalan sejarah tersebut. Tidak menutup kemungkinan nantinya pemerintah akan dibantu oleh anggota LSM yang peduli sejarah.

Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat pada nisan makam itu adalah ayat-ayat dalam surat Al-Baqarah dan lainnya. “Membiarkan pahatan ayat Al-Qur’an itu begitu saja akan sama artinya dengan merendahkannya, dan itu sama sekali tidak diperbolehkan,” kata Taqiyuddin. (Mizuar Mahdi)

Baca juga: Tetangga Saya dan Nisan ‘Amidul Muluk

Dikutip dari www.misykah.com, website resmi Cisah, tayang pada 8 Desember 2013.

Salah satu sisi nisan bagian kepala yang memuat inskripsi aya-ayat al-Qur'an yang berbunyi:
نصر من الله وفتح قريب وبشر المؤمنين
(Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mu'min)
(Foto: CISAH)

Nisan bagian kaki yang memuat epitaf tergeletak diantara puing – puing sampah
di Gampong Pangoe Deah (Foto: CISAH)

Posting Komentar

0 Komentar