Nisan kepala Perdana Menteri Seri Udahna wafat 968 Hijriah (1560 Masehi) Gampong Ilie, kecamatan Ulee Kareng, kota Banda Aceh |
Bandar Aceh Darussalam. Mapesa - Ahad lalu 18 Januari 2015, MAPESA mengadakan meuseuraya/gotong royong di sebuah kompleks makam peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam di gampong Ilie kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Penghormatan yang setinggi-tingginya kepada MAPESAdan seluruh masyarakat yang telah bersedia menyatakan dengan tindakan bahwa itu adalah warisan kita bersama. Mohon maaf saya sudah tidak dapat ikut dalam kegiatan yang mudah-mudahan diberkati ini sejak beberapa pekan yang lewat, namun izinkan saya menulis sebuah ilustrasi serta sedikit komentar tentang makam.
“Penanda Kehadiran”
(Ilustrasi sebuah kondisi di kompleks
makam)
Dengar kukisahkan sebuah cerita boleh
saja dihitung keganjilan
Tentang sebatang pohon di Ilie tanah
Aceh Darussalam
Ini mungkin hukum alam tapi ia
memaksa keluar beta punya perhatian
Seperti ikan di mata kail yang
ditarik keras-keras dari dalam kolam
Apa gerangan laku ini pohon memangku
sebuah penanda kehadiran
Sahabatnya bukan kerabatnya bukan
tapi sungguh enggan diceraikan
Kami tetak-tetak baninya kiri kanan
atas bawah tak jua ia lepaskan
Bagai badan tak sudi dipisah nyawa
teguh benar ia punya rangkulan
Nisan kaki Perdana Menteri Seri Udahna wafat 968 Hijriah (1560 Masehi) Gampong Ilie, kecamatan Ulee Kareng, kota Banda Aceh Foto: Iqbal Langdon (2014) |
Apa maumu hai pohon katakanlah segera
supaya sirna ini penasaran
Ia diam tak jawab dagunya terangkat
lisan halnya seperti kata ah kalian
Baiklah hai pohon apa katamu tetak
menetak kami ini tidak kami hentikan
Duhai pohon ini ia mencibir sambil
kata tetaklah sesukamu siapa hiraukan
Baiklah hai pohon kami takluk rahsia
apa dibalik lakumu sila ungkapkan
Hai kalian dengarlah aku pohon tumbuh
di Pango tanah Darussalam
Tahukah kalian apa yang kupangku ini
bukan penanda kematian
Ini penanda kehadiran untukmu
sesungguhnya diwariskan supaya jadi ingatan
Mereka leluhurmu satu cermin masa di
mana kau mesti petik tauladan
Mereka bangkit jaya saat Kitabullah
dan sunnah Nabi-Nya itulah saja pedoman
Ini dia yang kupeluk kokoh dengan
baniku ini kudekap erat tak kutinggalkan
Orang besar di zamannya punya
kelebihan memimpin dengan kebijaksanaan
Lihat saja ia mati pada waktu ‘Ashar
hari Jum’at bukankah itu satu penandaan
Bukankah hari Jum’at hari keutamaan
bukankah ia penghulu hari sepekan
Sekarang telah kautahu rahasia
dibalik lakuku ini mengapa mesti penjagaan
Semoga tak kauabaikan jika suatu hari
tugas ini ke atas pundakmu diletakkan
Inskripsi pada bagian batu nisan yang
sudah dapat diamati:
Nisan kaki Perdana Menteri Seri Udahna wafat 968 Hijriah (1560 Masehi) Gampong Ilie, kecamatan Ulee Kareng, kota Banda Aceh |
ج
في زمن سلطان. 1
2. ألا كل شيء ما خلا الله باطل وكل
3. هذا المرقد الفاضل السعيد المغفور الوزير
4. من أفضل الوزراء المقلب (كذا) [الملقب]
سري أدهنا قد
5. اكتحل بمرور الفناء وارتحل إلى الفناء من
دار (؟)
.د
البنادر يوم الجمعة وقت ا .1
2. العصر العشرين يوما
3. من شهر صفر سنة ثمان وستين وتسعمائة
1. Pada zaman Sultan (T: sambungan
kalimat pada sisi lain batu nisan)
2. Ketahuilah segala sesuatu selain
Allah itu batil/fana dan segala sesuatu.. (T: sambungan kalimat barangkali pada
sisi lain batu nisan. Kalimat ini adalah penggalan sabda Rasulullah saw.:
“Sebenar-benar ungkapan yang dikatakan penyair ialah segala sesuatu selain
Allah itu batil/fana.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari [6489] dan
Muslim [2256].)
3. Inilah pusara orang yang utama,
berbahagia lagi diampuni, menteri (perdana menteri)
4. dari seutama-utama para menteri,
yang digelar Seri Udahna, sungguh
5. ia telah merasakan kesusahan
dengan sebab lalunya kefanaan dan ia telah pergi menuju kefanaan dari negeri
(T: kata Al-Farra’ sebagaimana dinukilkan pengarang Lisanul ‘Arab, “iktahala
ar-rajul” apabila seseorang jatuh dalam kesusahan/kesempitan sesudah merasakan
kesenangan/kelapangan hidup. Maksud kalimat ini ialah menyatakan bahwa tokoh
ini telah wafat pada waktu, hari dan tanggal yang akan disebutkan nantinya,
namun seraya mengisyaratkan (talmih) pula di dalamnya perihal tokoh menteri ini
di masa hidupnya.)
D.
1. bandar-bandar/para
pedagang/orang-orang kaya, pada hari Jum’at, waktu (T: diungkapkan bahwa sang
menteri ini telah pergi menuju kefanaan dari negeri bandar-bandar atau negeri
para pedagang dan orang kaya. Kata pengarang Lisanul ‘Arab, “bundar” dan bentuk
jama’nya “banadirah” adalah kaum pedagang yang mejalankan usaha (bisnis)
pertambangan, dan kata ini juga berarti orang-orang memiliki harta yang banyak.
Maka baik dengan makna bandar-bandar (kota pelabuhan), pedagang maupun orang
kaya, semua mengisyaratkan kemakmuran dan kemajuan negeri Aceh Darussalam pada
masa itu.)
2. ‘Ashar dua puluh (20) hari
3. dari bulan Shafar tahun sembilan
ratus enam puluh delapan (968) [hijriah]. (T: 8 November 1560 M)
Pada puncak batu nisan bertulis:
زمن سلطان علاء الدين ر..
Zaman Sultan ‘Alauddin r.. (Ri’ayat
Syah?)
Komentar: Menteri yang bergelar Seri
Udahna dan disanjung sebagai salah seorang menteri Kerajaan Aceh Darussalam
terbaik di zamannya adalah tokoh yang baru saja diketahui. Tampaknya, ia telah
menjabat sebagai wazir atau menteri kerajaan di zaman Sultan ‘Alauddin Ri’ayat
Syah, putra Sultan ‘Ali Mughayat Syah, memerintah (pertengahan abad ke-16 M).
Mengetahui berbagai hal tentang tokoh ini, peran dan karyanya, merupakan tugas
lanjutan dalam upaya menyingkap sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Semoga Allah
Ta’ala memudahkan kita semua.
Oleh: Meugat Seukandar
Kompleks makam Perdana Menteri Seri Udahna wafat 968 Hijriah (1560 Masehi) Gampong Ilie, kecamatan Ulee Kareng, kota Banda Aceh |