Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA):
Menjaga Warisan dan Membangun Kesadaran
Sejarah dan Identitas MAPESA
Masyarakat Peduli Sejarah Aceh, disingkat MAPESA lterlahir pertama sekali atas prakarsa para pendiri Mapesa pada tahun 2010. Setelah melalui fase-fase pembentukan yang rumit, lembaga swadaya masyarakat ini, pada akhirnya, disolidkan sebagai Masyarakat Peduli Sejarah Aceh dan dinotariskan pada 2012, dan pengesahan pendirian Perkumpulan Masyarakat Peduli Sejarah Aceh melalui Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tahun 2024.
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, sekretariat MAPESA berlokasi di Kota Banda Aceh dan telah mengalami tiga kali pergantian pengurus.
MAPESA merupakan elemen sipil yang terdiri dari individu dengan berbagai latar belakang sosial dan profesi, disatukan oleh kepedulian terhadap sejarah Aceh.
Kepedulian MAPESA berakar dari kesadaran bahwa sejarah adalah pengetahuan penting yang berfungsi sebagai sumber pelajaran, pengalaman, ilmu pengetahuan, dan teladan bagi kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pentingnya sejarah ini tidak terbatas pada kelompok tertentu, melainkan relevan bagi masyarakat luas dan setiap individu, khususnya generasi muda.
Ruang Lingkup Kerja MAPESA
Ruang lingkup kepedulian MAPESA mencakup berbagai upaya dan pekerjaan yang berfokus pada:
Pengembangan pengetahuan melalui penelitian dan pengkajian untuk merekonstruksi sejarah Aceh yang lebih akurat.
Pembaruan narasi sejarah Aceh agar tidak hanya sekadar cerita masa lalu, tetapi juga menyajikan ilmu pengetahuan, gambaran kehidupan sosial, pelajaran berharga, biografi otentik yang penuh keteladanan, serta mendukung filsafat kebangsaan dan kehidupan bersama berlandaskan nilai-nilai Islam.
Perawatan dan pelestarian benda bernilai sejarah (cagar budaya), termasuk dokumen, mata uang, artefak, dan benda etnografis, dengan prosedur ilmiah yang relevan atau pengembangan prosedur baru. Tujuannya adalah agar masyarakat masa kini dan mendatang dapat menerima lingkungan hidup yang berpihak pada aset kebudayaan.
Pengembangan wawasan masyarakat umum, terutama generasi muda, tentang sejarah dan warisannya melalui berbagai cara dan media.
Tantangan dan Urgensi Keterlibatan Masyarakat
Titik perhatian utama MAPESA adalah Aceh masa silam, dengan harapan sejarah dan warisannya dapat membimbing serta mengilhami masyarakat Aceh menuju masa depan yang lebih baik. Misi ini sangat berat dan mustahil dicapai tanpa kebersamaan dan sikap bahu-membahu. Keterlibatan masyarakat umum, sekecil apapun, sangat diperlukan.
Secara riil, pekerjaan seperti penelitian sejarah yang memerlukan dokumen otentik, seperti inskripsi pada nisan, terhambat karena banyak peninggalan sejarah yang belum memungkinkan untuk diamati. Ini belum termasuk persoalan pencarian dan penemuan benda bernilai sejarah. Bantuan dan keterlibatan masyarakat umum dalam persoalan-persoalan ini, dan banyak lainnya yang terkait sejarah Aceh, adalah vital.
Masalahnya, pemahaman dan kesadaran masyarakat luas terhadap kepentingan sejarah dan warisannya, meskipun secara umum diakui penting, belum mencapai tingkat di mana sejarah dan warisannya mampu memberikan manfaat besar secara moral maupun material. Umumnya, sejarah masih dianggap sebatas cerita, dan keabsahannya sering kali tidak terlalu dipersoalkan. Di dunia akademik pun, kondisinya tidak jauh berbeda; validitas seringkali hanya berdasarkan referensi tanpa penyelidikan mendalam terhadap penulis atau kemampuannya.
Kondisi pemahaman dan kesadaran terhadap sejarah yang seperti ini menyebabkan sejarah tidak memiliki peran signifikan, dijauhi oleh mereka yang cerdas, dan bahkan wujud sejarah itu sendiri belum sepenuhnya menjelma. Efeknya, perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap sejarah semakin rendah, padahal sejarah adalah sarang atau lumbung kebudayaan suatu masyarakat. Akibatnya meluas hingga mengenai warisan sejarah yang tak tergantikan dan merupakan aset kebudayaan yang mahal. Pengabaian banyak benda bernilai sejarah seperti nisan, lokasi situs sejarah, dan kawasan sekitarnya telah mengakibatkan penghilangan dan kemusnahan warisan. Perdagangan naskah, dokumen, mata uang, dan berbagai benda bernilai sejarah lainnya juga telah menyebabkan degradasi warisan sejarah yang luar biasa. Pangkal persoalan ini terletak pada pemahaman yang tidak tepat terhadap sejarah dan dangkalnya kesadaran akan kepentingannya.
Dalam situasi ini, peran pemerintah sangat bergantung pada arahan politik, sehingga membicarakan peran pemerintah saja tidak menyelesaikan masalah, bahkan mungkin menambahnya.
Ketika penyelesaian suatu masalah bergantung pada penyelesaian masalah lain, atau bahkan sejumlah masalah, maka persoalan menjadi rumit. Untuk mengatasi kerumitan ini, prioritas logis adalah upaya penyelesaian masalah yang menjadi pangkal persoalan, meskipun harus dilakukan secara maraton.
Masyarakat umum akan selalu menjadi kunci dalam penyelesaian banyak persoalan, terutama yang berat dan rumit. Kemauan masyarakat diyakini mampu mengubah arah politik dan kebijakan. Pengalaman mengajarkan bahwa masyarakatlah yang sesungguhnya mampu membawa perubahan dan kemajuan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pemahaman masyarakat terhadap sejarah merupakan kerja prioritas yang akan berdampak pada perbaikan banyak hal terkait sejarah serta warisannya yang merupakan aset kebudayaan.
Meuseuraya: Implementasi Nyata Pelestarian Sejarah
Dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap sejarah sekaligus menghadirkan wujud kerja nyata kepedulian terhadap pelestarian warisan sejarah, MAPESA memprakarsai program kegiatan pelestarian rutin setiap pekan yang disebut MEUSEURAYA. Program ini telah berlangsung sejak tahun 2012.
Meuseuraya secara etimologi adalah kata dalam Bahasa Aceh yang berarti tolong-menolong, memberi bantuan, kerja sama, atau gotong royong. Makna dan praktik meuseuraya yang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Aceh ini diadopsi oleh MAPESA untuk diterapkan pada upaya pelestarian warisan sejarah. Penerapan ini umumnya menargetkan lokasi-lokasi yang memiliki benda atau monumen bernilai sejarah, terutama kompleks pemakaman dari era Kesultanan Aceh dan sebelumnya.
Dalam praktik MAPESA, kegiatan Meuseuraya memiliki pengaturan sebagai berikut:
Peninjauan (Survei), Penelitian, atau Ekspedisi: Dilakukan untuk menemukan lokasi warisan peninggalan sejarah, terutama batu nisan, sebagai respons terhadap riset kepustakaan atau informasi yang diterima MAPESA. Peninjauan ini bertujuan untuk menentukan ketepatan lokasi, keakuratan informasi, mengobservasi kondisi, dan memberikan penilaian kelayakan kerja meuseuraya.
Perizinan: Apabila lokasi dinilai layak, langkah selanjutnya adalah mengurus perizinan, biasanya cukup dengan meminta izin kepada pemilik lahan dan memberitahukan kepada kepala gampong (geuchik).
Pengumuman dan Ajakan Partisipasi: Pengumuman melalui berbagai media sosial untuk mengajak masyarakat luas berpartisipasi sukarela. Informasi hari, tanggal, waktu, tempat, dan kesempatan kontribusi finansial disampaikan.
Pelaksanaan Kegiatan: Terdiri dari dokumentasi kondisi sebelum kegiatan, pembersihan lokasi, penyusunan rencana penataan, dan eksekusi hingga lokasi pulih dari pengabaian dan kembali ke rupa asli. Benda bernilai sejarah diamati dan dicatat untuk penelitian.
Komunikasi dan Sosialisasi: Dibangun komunikasi dengan tokoh dan warga setempat yang berpartisipasi untuk menjaring informasi kesejarahan sekaligus mensosialisasikan kepentingan sejarah dan pelestarian warisannya, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap lokasi serta benda bernilai sejarah di lingkungan setempat.
Kegiatan Meuseuraya dalam wujud seperti yang dipraktikkan MAPESA, telah ditempatkan sebagai isu sentral yang menjaga persoalan sejarah dan pelestarian warisannya tetap mengemuka dan menonjol di tengah-tengah masyarakat, dalam upaya meningkatkan kualitas pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap sejarah dan warisannya.
Kolaborasi dan Pengembangan MAPESA
Bidang sejarah, dengan segala persoalannya termasuk penulisan dan pelestarian warisan, merupakan bidang yang luas dan sangat kompleks, menuntut banyak keahlian serta keterampilan, serta proses belajar yang panjang. Oleh karena itu, MAPESA senantiasa berupaya membuka hubungan dengan berbagai komunitas dan lembaga yang menggeluti bidang-bidang tertentu, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan sejarah Aceh. MAPESA bahkan mendorong pembentukan perkumpulan-perkumpulan yang berkonsentrasi pada isu-isu sejarah dan kebudayaan, baik di Aceh maupun di luar Aceh.
Saat ini, MAPESA telah menjalin hubungan dengan CISAH (beraktivitas di kawasan warisan sejarah Sumatra-Pasai atau Samudra-Pasai di Aceh Utara) serta dengan komunitas budaya Beulangong Tanoh di Kabupaten Pidie. MAPESA juga berafiliasi dengan lembaga dan bakal lembaga seperti Pedir Museum (berkonsentrasi pada pernaskahan/manuskrip Aceh, artefak etnografi, dan berbagai warisan sejarah lainnya) dan Yayasan Aceh Darussalam Akademi (lembaga yang dirancang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan sejarah dan warisan sejarah Aceh sebagai landasan riset dan pengembangan). MAPESA terus berupaya berperan dalam pelestarian sejarah dan warisan sejarah Aceh.
Untuk membangun kesadaran akan pentingnya sejarah dan warisan sejarah Aceh, sekretariat MAPESA kini difungsikan sebagai ruang pameran permanen sejarah Aceh, meskipun masih sederhana. Ruang pameran ini dikhususkan untuk edukasi anak-anak, pelajar, dan masyarakat umum. Ruang pameran ini juga menarik perhatian tokoh-tokoh dari dalam dan luar negeri, serta para wisatawan yang berkunjung ke Aceh. Melalui kunjungan ini, MAPESA berkesempatan berhubungan dan berbagi ilmu pengetahuan dengan tokoh-tokoh terhormat. Pada awal tahun 2025, MAPESA mendapat kehormatan dikunjungi oleh Bapak Menteri Kebudayaan Indonesia, Bapak Fadli Zon. Kunjungan ini menjadi motivasi besar bagi MAPESA, sekaligus menumbuhkan harapan bahwa sejarah dan warisan sejarah Aceh akan mendapatkan perhatian dari Pemerintah Indonesia.
Program Kerja MAPESA
Selaras dengan visi dan misi MAPESA dalam pelestarian warisan sejarah Aceh, pengkajian, publikasi, dan sosialisasi kepentingannya kepada masyarakat luas, Pengurus MAPESA berkomitmen untuk terus mengoordinasi serta melanjutkan kerja-kerja yang selama ini telah dilakukan. Secara garis besar, program-program kerja tersebut meliputi:
A. Pelestarian
Menyadari bahwa batu nisan peninggalan sejarah Aceh adalah satu-satunya sumber paling otentik bagi historiografi Aceh, dan tersebar luas dalam jumlah besar di kompleks makam, perhatian MAPESA beberapa waktu ke depan akan tetap terfokus pada penjagaan kelestarian batu nisan tersebut.
Mengingat faktor utama degradasi kualitas dan kuantitas benda peninggalan sejarah ini adalah pengabaian dan anggapan tidak penting, MAPESA akan terus menunjukkan kepentingannya melalui kegiatan wajib meuseuraya yang rutin setiap akhir pekan. Kegiatan ini berupa pembersihan kompleks makam, dokumentasi, dan restorasi sebatas yang dapat dilakukan, dilaksanakan dengan mengoordinasi masyarakat umum (meuseuraya; gotong-royong) di bawah arahan dan pengawasan MAPESA sebagai lembaga penanggung jawab.
B. Digitalisasi
Salah satu hal yang masih sangat kurang perhatiannya adalah digitalisasi dokumen-dokumen bernilai penting bagi sejarah. Ini meliputi bagian-bagian yang sangat beragam dan kaya, yang selama ini dilakukan secara sporadis. Namun, dalam waktu dekat, MAPESA berencana untuk berkonsentrasi pada digitalisasi arsip fotografi batu nisan dan kompleks makam peninggalan sejarah dalam berbagai koleksi.
C. Survei
Penjelajahan lapangan (fieldwalking) terus dilakukan oleh MAPESA dari waktu ke waktu, seringkali mengikuti transek yang telah dibuat untuk lanskap yang memiliki potensi warisan peninggalan sejarah, terutama kompleks makam dengan batu nisannya. Banyak kegiatan meuseuraya telah mengacu pada hasil survei ini. Untuk ke depan, MAPESA merencanakan survei ekstensif dan intensif untuk wilayah Kecamatan Indrapuri di Kabupaten Aceh Besar.
D. Publikasi
Untuk publikasi, MAPESA mengelola akun media sosial fanpage facebook @MapesaAceh, @mapesaaceh di Instagram, TikTok, YouTube, serta Facebook Grup Mapesa, sebagai media komunikasi dan berbagi informasi mengenai berbagai persoalan sejarah dan warisan peninggalannya.
MAPESA mengelola website
MAPESA juga menerbitkan berbagai booklet dan buku.
Ke depan, semua upaya ini direncanakan akan ditingkatkan sesuai kemampuan yang ada. Dan hal yang direncanakan menjadi prioritas dalam bidang publikasi adalah penerbitan buku-buku praktis berseri melalui program "Seri Warisan Sejarah" untuk menginformasikan berbagai pengetahuan tentang peninggalan sejarah Aceh.
Kepribadian Aceh dalam Sejarah
Alamat:
Google Maps: https://goo.gl/maps/5bmoKitS9zR9eCT27
Email: mapesa.aceh@gmail.com
Website: www.mapesaaceh.com
Whatsapp: +6282181376846
Facebook Page: facebook.com/MapesaAceh
Facebook Group: facebook.com/groups/SAHABAT.MAPESA/
YouTube: https://www.youtube.com/channel/UCzYHyqmQwAy9UB-g2UnmJ4g
ISNI: | 0000 0005 1423 2918 |
Name: | Aceh History Concern Society MAPESA Masyarakat Peduli Sejarah Aceh |
1 Komentar