Mengukur Luas Ingatan Bangsa

Sejarah itu ada karena ada pelaku/pembuat peristiwa sejarah. Sejak kecil kita sudah melakukan banyak hal, sebagiannya pupus begitu saja, tidak tertinggal dalam ingatan karena rutin atau terlampau biasa seperti makan, minum, tidur, mandi dan sebagainya. Sebagiannya melekat dalam ingatan, misalnya saat pertama kali makan "keumamah" dengan gigi yang ompong atau lain-lain dan alangkah banyaknya. Sebagiannya tidak menentukan apa-apa bagi kehidupan kita kemudian, sebagian yang lain menjadi penentu arah hidup yang tidak mungkin dilupakan. Semua itu lalu menjadi sejarah hidup kita. Kita pelaku/pembuat peristiwanya. Tanpa kita dan tanpa peristiwa yang kita buat, tidak ada sejarah kita.

Begitu pula dengan sejarah bangsa. Dimulai sejak ada sekelompok orang atau masyarakat yang menguasai suatu wilayah geografis menyatakan diri mereka adalah Bangsa Aceh sampai dengan mereka melakukan banyak hal yang menentukan kehidupan mereka dan anak cucu mereka sampai berabad-abad lamanya, itu semua adalah sejarah Aceh. Seiring perluasan daerah kekuasaan dan taklukan mereka ke wilayah-wilayah lain maka sejarah wilayah-wilayah itu kemudian juga menjadi bagian dari sejarah Aceh yang tidak dapat dipisahkan.

Mereka semua pelaku pembuat peristiwa sehingga sejarah Aceh itu ada. Mereka itu mulai rakyat sampai para pemimpinnya dalam berbagai lapangan kehidupan di sepanjang masa. Namun ruang ingatan bangsa tentu tidak cukup kapasitas untuk merekam mereka seluruhnya karena Allah-lah Yang Maha Mengetahui segalanya, bukan manusia atau bangsa. Hanya mereka yang telah memberikan sumbangan berarti bagi kehidupan bangsa yang dapat ditempatkan dalam ruang ingatan paling teratas. Tujuannya tidak lain adalah untuk selalu dapat menerangi perjalanan bangsa.

Pertanyaannya kemudian, seberapa luas ingatan bangsa? Memadaikah luas ingatan yang dimiliki oleh bangsa saat ini untuk ia dapat berjalan dalam terang menuju masa depannya? Dan bagaimana lagi jika setelah melalui berbagai tahapan chek-up ditemukan bahwa bangsa (kita) tidak saja memiliki ingatan yang sempit tapi juga ternyata sangat kacau? Lalu, mampukah seseorang berjalan ke arah yang tepat jika ingatannya kacau?!

Dibarengi apresiasi yang setinggi-tingginya kepada keluarga besar CISAH di Lhokseumawe dan Mapesa di Banda Aceh atas peran dan kerjanya selama ini, perlu kiranya untuk selalu disampaikan pula bahwa yang sedang dilakukan dan dijalani ini hakikatnya adalah suatu gerakan untuk memperluas ingatan bangsa selain tentunya untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang masa lalu yang mana Allah telah mengingatkan setiap pribadi Muslim untuk memperhatikan masa lalunya demi kebaikan hari esoknya. Selamat berkerja, Sahabat-sahabat! Semoga Allah meridhai usaha ini dan menambahkannya ke dalam mizan kebaikan Sahabat-sahabat sekalian.



Gambar: Inkripsi di Baiturrijal, Banda Aceh.

Al-Fath: 1-4

 إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2) وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3) هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4

"Sungguh, Kami telah Memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah Memberikan ampunan kepadamu atas dosamu yang lalu dan yang akan datang, serta Menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan Menunjukimu ke jalan yang lurus, dan agar Allah Menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dia-lah yang telah Menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Mapesa)