430 Cap Kuno Aceh Berhasil Dikumpulkan

Dr. Annabel Teh Gallop (kiri), Prof. Eka Srimulyani, S.Ag, MA, Ph.D (tengah) saat berkunjung ke rumah kolektor manuskrip Tarmizi A Hamid (kanan)
Mai 2011. Foto: Irfan M Nur.
“Sejauh tahun 2002 saya terus berusaha untuk mengumpulkan bahan, dan sampai saat ini jumlah cap Melayu Nusantara yang berhasil direkam telah mencapai 2,000, dan sekitar 430 (hampir seperempat) berasal dari Aceh. Mudah-mudahan tahun depan 2016 katalog lengkap dapat diterbitkan dalam bentuk buku,”
-- Dr. Annabel Teh Gallop --



SAYA bukan hendak memperkenalkan profil Annabel Teh Gallop. Ia seorang pengkaji terkemuka yang sudah tidak perlu lagi diperkenalkan.

Saya hanya hendak memberitahukan kepada sidang pembaca Mapesa tentang sebuah karyanya yang monumental tentang Inskripsi Cap Melayu-Sebuah Kajian terhadap Epigrafi Islam dari Asia Tenggara, sembari menghaturkan penghargaan yang tinggi atas usaha dan 
kerja keras dalam bidang ilmu pengetahuan yang ditekuninya.
 
Di antara 1519 cap Melayu yang dikaji, Teh Gallop mendokumentasikan dan mempelajari 277 cap dari Aceh yang saya kira umum orang Aceh sendiri belum pernah melihatnya. Cap dari Aceh adalah yang terbanyak dari seluruh wilayah di Asia Tenggara. Terbanyak dalam urutan kedua malah berasal dari gabungan tiga wilayah: Jawa, Madura dan Bali, dan itu hanya berjumlah 175 buah cap.
 

Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic epigraphy from Southeast Asia.
Oleh: Annabel Teh Gallop
Amat disayangkan saat mana umum orang Aceh saya kira tidak pernah mennyadari apa yang dipusakai dari masa lalunya, bahkan tidak pernah melihatnya sama sekali, padahal pusaka semisal ini, dan seperti ribuan nisan bertulis di Aceh, begitu pula surat-surat dari Aceh, mengandung banyak sekali pengetahuan tentang masa lalu yang mampu memperkenalkan jati diri sekaligus tentunya dapat mengilhami generasi muda Aceh untuk bergerak ke arah kemajuan berpikir dan berkreasi.

Terus terang, saya sangat gundah apabila kajian sepenting dan seberharga ini tidak sampai kepada masyarakat luas di Aceh, terutama pelajar dan mahasiswanya dan umum generasi mudanya. Saya maklum, apa yang mampu dipamerkan oleh Gallop dalam beberapa kesempatan pameran di Aceh ternyata hanya baru secuil dari apa yang telah ia ketahui dan kaji. 


Diantara cap/mohor yang ditampilkan dalam buku
"Malay Seal Inscriptions:
A Study in Islamic epigraphy from Southeast Asia".
Saya ingin ilmu pengetahuan ini sampai kepada masyarakat Aceh sendiri, karena teramat tolol dan dungulah sebuah masyarakat apabila orang lain tahu lebih banyak tentangnya sedangkan ia tidak tahu apa-apa tentang dirinya. 

Maka dari itu, jika diizinkan oleh pemilik kekayaan intelektual ini untuk kami mempublikasikan hasil kajiannya mengenai cap-cap dari Aceh secara cuma-cuma kepada masyarakat Aceh lewat Group Mapesa, maka kami akan berusaha untuk itu seraya mengucapkan ribuan terima kasih atas jasa baiknya, serta mengajaknya pula dengan penuh harap untuk menyumbangkan ilmunya di grup sosial ini sejauh yang mungkin dan mampu ia lakukan.


Kemudian, satu catatan untuk Pemerintah Aceh sebab Andalah yang memimpin kami rakyat. Kami tentu tidak bisa ke timur jika Anda ke barat, tidak bisa ke barat jika Anda ke timur. Anda di depan sebagai imam dan kami ma'mum di belakang. Jika Anda tersesat maka bagaimana pun daya kami untuk kembali ke arah yang benar akan menjadi sangat sulit. Maka saya kira Anda benar-benar perlu mengetahui arah yang benar yang tidak bertolak belakang dengan tuntunan dari Yang Maha Tinggi (Islam) dan garis sejarah bangsa Aceh, Bandar Darussalam.

Dari itu, saya menyarankan agar Pemerintah Aceh benar-benar memberikan perhatian penuh kepada pengembangan ilmu pengetahuan lewat berbagai lembaga riset dan penelitian yang meliputi sains dan teknologi, sejarah dan kepurbakalaan, kesenian dan adat, kajian-kajian strategis lokal, nasional dan regional (Aceh, Indonesia dan Asia Tenggara) dan lainnya, dengan sangat-sangat mempertimbangkan bahwa Aceh dalam sejarahnya--dan semoga dengan seizin Allah Ta'ala di masa depannya juga--adalah pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam terpenting di Asia Tenggara. 

Demikian, semoga Allah Ta'ala senantiasa menganugerahkan taufiq dan pertolongan-Nya.
Saya bukan hendak memperkenalkan profil Annabel Teh Gallop. Ia seorang pengkaji terkemuka yang sudah tidak perlu lagi diperkenalkan.




Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Mapesa)

Komentar:
Annabel Gallop: Saudara-saudara yang bergabung dalam Tim Mapesa yang saya hormati serta kagumi atas usahnya untuk mengekalkan dan mengkaji sejarah Aceh: saya amat terharu membaca penghargaan ini dari Musafir Zaman. Katalog cap yang disebut ialah bagian dari disertasi S3 saya yang ditulis pada tahun 2002 di SOAS, Universitas London. Disertasi tsb, yang terdiri dari 3 jilid, dapt diunduh gratis dari situs British Library EThOS: http://ethos.bl.uk/Home.do (harus daftar dahulu). Namun yang ingin saya sampaikan di sini ialah sejah tahun 2002 saya terus berusaha untuk mengumpulkan bahan, dan sampai saat ini jumlah cap Melayu Nusantara yang berhasil direkam telah mencapai 2,000, dan sekitar 430 (hampir seperempat) berasal dari Aceh. Mudah-mudahan tahun depan 2016 katalog lengkap dapat diterbitkan dalam bentuk buku, dan inshallah dapat membantu usaha-usaha yang berlanjutan meneliti sejarah dan kebudayaan Aceh yang begitu kaya. Dan tentu saja, jika ada teman-teman yang ada gambar cap Aceh, mohon disharing supaya dapat masuk dalam katalog nanti (alamat e-mail annabel.gallop@bl.uk). Salam, Annabel Gallop

Musafir Zaman: Saya juga amat berbahagia dengan tanggapan dan kemurahan hati Mrs. Annabel Gallop dalam menyebarkan hasil kajiannya yang sangat bermutu... Semoga usahanya dalam mengumpulkan bahan-bahan sejarah, terutama mengenai cap/mohor Melayu Nusantara, serta berbagai proses pengkajiannya dapat selalu termudahkan.. Dan saya ingin mengatakan bahwa kita di sini dalam Tim Mapesa juga selalu siap berbagi informasi demi kemajuan ilmu pengetahuan sejarah di Nusantara (Tanah Jawi) dan masyarakatnya. Terima kasih Mrs. Annabel Gallop.