Tarian Jiwa
Padat gerak, susul-menyusul, berirama, penuh daya dan
vitalitas, dinamis, energik, lincah, semarak, gempar! Dan semuanya berlangsung
dalam diam kecintaan dan hening kerinduan di ketika mengingat.
Jiwa menari mengekspresikan rasa yang memuncak, yang kian
waktu semakin membumbung tinggi, lalu meluap kegirangan manakala sampai
menyentuh langit-langit keabadian dan kemutlakan.
Maka kemudian, kematian bukanlah pengundang lara yang
membingungkan. Kematian justru pembawa kabar suka cita untuk sebuah perjumpaan
yang telah lama dinanti-nantikan.
Jiwa yang selama ini hidup hanya untuk dan karena mengingat
telah menumbuhkan batang kerinduan yang besulung kuat dan bersulur daun-bunga,
merambat naik menuju ketinggian, dan karena itulah kematian dipandang sebagai
sebuah jawaban perkenan, ijabah, bagi munajat-munajat mahabbah yang dilbisikkan
di keheningan malam dan dalam diam yang tidak menarik perhatian.
Zakhrafah |
Mengamati aneka rupa dekorasi dan kaligrafi pada nisan tersebut,
lama-lama terbetik juga pertanyaan: lantas di mana cerita tentang kematian?! Di
mana bagian yang menakutkan itu?
Sama sekali tidak ada! Semuanya malah menuturkan tentang
kehidupan, bahkan kehidupan yang berada jauh di atas jangkauan pengalaman
empiris. Kehidupan, yang lebih jauh lagi dan secara tegas dapat dikatakan,
tidak memberikan perhitungan apapun kepada kehidupan empiris bahkan bersikeras
menentang dan menyepelekannya.
(هذا [ا]لقبر عبيدة الله خالق البرية (أم تن/تر تو؟ |
"Ketahuilah segala sesuatu selain Allah adalah semu
Dan segala kenikmatan niscaya lenyap
Kecuali syurga firdaus,
maka kenikmatannya kekal di sisi Allah."
Bait-bait tersebut berulang kali dipahatkan seakan-akan
hendak memastikan bahwa kedalaman makna dan pesannya benar-benar sampai serta
melekap pada jiwa setiap orang yang masih berada di atas permukaan bumi.
Muasal bait-bait ini adalah ucapan seorang penyair ulung pada
masa Jahiliyyah bernama Lubaid bin Rabi'ah, yang kemudian memeluk Islam dan
menjadi salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dialah
yang mengatakan dalam satu gubahan puisinya sebelum memeluk Islam:
"Ketahuilah segala sesuatu selain Allah adalah semu. Dan segala kenikmatan
niscaya lenyap".
Dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam
membenarkan ucapan penyair: "Ketahuilah segala sesuatu selain Allah adalah
semu."
(1) ألا كل شيء ما خلا الله با
(2) طل وكل نعيم لا محالة زائل سوى الجنة
(3) الفردوس كان نعمها لا شك على الله غالب
|
Para sejarawan, antara lain Ibnu Al-Atsir dalam Al-Kamil,
mencatat peristiwa bagaimana 'Utsman bin 'Mazh'un Radhiyallahu 'anhu ditinju
sebelah matanya sampai kehijauan oleh seorang Jahiliyyah yang kurang akal
gara-gara dalam sebuah majlis kaum Quraisy, 'Utsman membenarkan penggalan yang
diucapkan Lubaid "Ketahuilah segala sesuatu selain Allah adalah semu"
dan mendustakan (menyalahkan) penggalan "Dan segala kenikmatan niscaya
akan lenyap".
Sebab itu, dalam versi yang lain, bait-bait itu berbunyi:
"Ketahuilah segala sesuatu selain Allah adalah semu
Dan segala kenikmatan niscaya lenyap
Kecuali syurga firdaus, sungguh kenikmatannya abadi
Dan kematian pasti tiba waktunya ia datang."
Selain itu, satu kalimat lagi yang terpahat pada nisan 'Abidah
ini, yang tampaknya menjadi penutup dari berbagai untaian kalimat diawali
kalimat At-Tauhid pada nisan bagian kepala, ialah kalimat yang dimulai dengan
sumpah:
والله، ألم تعلم أنك في الدنبا ضيف لا مخزن ، من حقق الدنيا لابد ...(مدرك؟) |
"Demi Allah, tidakkah engkau tahu bahwasanya engkau tamu
di dunia ini, bukan penimbun [harta kekayaan]. Barangsiapa yang telah
menyelidiki dunia ini dalam-dalam, maka ia pasti.. [tahu kenyataan
itu]."--bagian paling akhir dari kalimat tersebut tertinggal oleh pemahat,
barangkali oleh sebab ketidakcukupan ruang, dan saya mengusulkan kata yang
tertinggal itu adalah "mudrikun" dengan makna sebagaimana telah
dituliskan.
Begitulah peringatan dan pesan para pendahulu negeri ini di
masa lampau untuk dapat dicermati dan direnungkan oleh generasi penerusnya.
Pesan yang sejatinya mengarahkan kita kepada hakikat kehidupan yang
membangkitkan dan memerdekakan.
Bitai, 29 Rajab 1437 H.
Berikut ini adalah inskripsi dan foto dekorasi yang terdapat pada kedua batu
nisan tersebut:
(أ)
(أ.أ) لا إله إلا الله [..؟] رسول الله
(أ.ب)
(1) لا إله إلا الله محمد رسول الله
(2) ألا كل شيء ما خلا الله باطل وكل نعيم لا محالة زائل
(3) ×××××(؟)
عند الله باق
(أ.ج)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله باطل
(2) وكل نعيم لا محالة زائل
(أ.د)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله باطل
(2) وكل نعيم لا محالة زائل سوى الجنة (كذا) الفردوس
(3) الفردوس كان نعيمها لا شك عال (كذا) الله باق
(أ. هـ)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله باطل
(2) وكل نعيم لا محالة زائل
(ب)
(ب. أ) هذا [ا]لقبر عبيدة الله خالق البرية (أم
تن/تر تو؟)
(ب. ب)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله با
(2) طل وكل نعيم لا محالة [زائل] سوى الجنة الفردوس
(3) الفردوس كان نعيمها لا شك عند الله غالب (؟)
(ب.ج)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله
(2) باطل وكل نعيم لا محالة زائل
(ب.د)
(1) ألا كل شيء ما خلا الله با
(2) طل وكل نعيم لا محالة زائل سوى الجنة
(3) الفردوس كان نعمها لا شك على الله غالب
(ب.هـ)
(1) والله ألم تعلم أنك في
(2) الدنيا ضيف لا مخزن من حقق الدنيا لا بد
Oleh: Musafir Zaman
Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di group Mapesa.
0 Komentar