Sang Pelita Negeri



Ia tidak diragukan lagi adalah seorang ulama besar yang ‘arif bi-Llah dalam sejarah Aceh. Kedua batu nisan yang diperuntukkan untuk pusaranya dengan jelas memperlihatkan bagaimana orang-orang yang hidup di masanya menginginkan agar ia selalu diingat, dikenang dan, tentunya, diteladani.

Berbagai sifat mulia serta menandakan kedudukannya yang tinggi telah diungkapkan satu persatu lewat inskripsi pada batu nisan kuburnya yang indah. Satu hal, di antaranya, yang paling berkesan serta memberikan makna yang luas dan dalam adalah ketika ia disebut sebagai “Pelita Negeri Ini”, yakni pelita bagi satu negeri yang merupakan bagian dari kawasan-kawasan di seluruh dunia. 

مصباح هذا البلد من أقطار العالمين
Tidak cukup dengan kata, hal itu juga telah diungkapkan lewat seni rupa di mana inskripsi pada bagian puncak batu nisan telah diwadahkan dalam ruang berbentuk kandil atau pelita.

Ia seorang yang pasti mempunyai peran besar dalam membangun negeri, dan merupakan pilar penting dalam kebangkitan ummah, namun demikian, riwayat hidupnya, sampai kini, masih tersembunyi di rongga waktu yang dalam.

Dari epitaf pada batu nisannya diketahui ia bernama Muhammad, tapi sayang sekali, bagian yang diperkirakan menyebut tarikh wafatnya telah rusak sejak tidak kurang dari seratus tahun yang silam.

Saat ini, hanya lewat beberapa petunjuk inskriptif, tarikh wafatnya dapat diperkirakan, yakni di sekitar penghujung abad ke-10 Hijriah atau permulaan abad ke-11 Hijriah (abad ke-16 dan ke-17 Masehi). []

Posting Komentar

0 Komentar