Penemuan Situs Baru (Ekspedisi & Meuseuraya di Situs Gampong Tuha Biheu - Pidie)


Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas rahmat, 'inayah dan taufiq-Nya, serta shalawat dan salam ke atas Rasul-Nya berserta keluarga dan sahabat Beliau, tim gabungan dari MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh), PEDIR Museum, CISAH (Center for Information of Samudra Pasai Heritage), Pelisa (Pelajar Peduli Sejarah Aceh) dan Aceh Darussalam Academy, memberitahukan dengan penuh suka cita kepada publik grup MAPESA serta masyarakat Aceh secara umum tentang penemuan sebuah kawasan situs sejarah Aceh di: 

Gampong Tuha Biheu (Mukim Kale), Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, pada keletakan astronomis: 5°32'40.2"N 95°47'23.4"E.

Kawasan situs tersebut ditemukan dalam ekspedisi MAPESA yang dilakukan pada Sabtu, 30 Maret 2019, lalu, yang lantas diikuti dengan kegiatan meusiraya serta observasi lanjutan pada Rabu, 3 April 2019.

Dalam dua hari kegiatan tersebut, sebuah kompleks makam yang ditandai dengan batu-batu nisan dari era Lamuri (abad ke-15 M) berhasil ditemukan di konvergensi sebuah jalur bukit dengan laut selat di mana sungai Biheu bermuara di timurnya. Sebaran fragmen tembikar dan keramik kuno yang mengisi areal punggung bukit serta lerengnya menjadi temuan serta yang memperkuat keberadaan sebuah permukiman atau kota pelabuhan kuno di zaman silam. Temuan kawasan peninggalan sejarah di timur laut Gunung Seulawah ini juga telah dimahkotai oleh sebuah penemuan data paleografi yang menyebutkan secara terang nama negeri serta gelar penguasanya: Raja Nagari Bihari.

"Nagari" dalam bahasa Hindi bermakna kota. Bihari dapat merupakan nama dalam pengucapan Arab atau nama asli, tapi dalam penuturan orang Aceh, daerah itu telah lama dikenal dengan Biheu. Data paleografi yang temukan pada salah batu nisan di kompleks pemakaman itu juga menyebutkan bahwa penguasa negeri Bihari bersahabat dan tunduk kepada Raja Lamuri (Kerajaan Lamuri berpusat pemerintahan di sebelah barat laut Bihari atau Biheu, di kawasan yang hari ini berada dalam Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar).


Dalam The Suma Oriental of Tome Pires, sebuah laporan tentang Timur, dari Laut Merah sampai Jepang, ditulis di Malaka dan India dalam 1512-1515 menyebutkan (v. 1, h. 138):

"Achin is the first country on the channel side of the island of Sumatra, and Lambry is right next to it, and stretches inland, and the land of Biar is between Achin and Pedir, and now this countries are subject to the king of Achin and he rules over them and he is the only king there."

(Aceh adalah negara pertama di sisi jalur Pulau Sumatra. Lambri tepat di sebelahnya, dan membentang ke pedalaman. Negeri Biar berada di antara Aceh dan Pidie. Sekarang, negeri-negeri ini tunduk kepada Raja Aceh. Dia memerintah mereka dan adalah satu-satunya raja di sana.)

Tentang Biar, Armando Cortesão (1891-1977), sejarawan kartografi Portugis yang menyunting dan menerjemahkan The Suma Oriental of Tome Pires ke dalam bahasa Inggris memberikan catatan sebagai berikut:

"Biar - I cannot find any clear trace of the name of this land, situated by Pires between Achin and Pedir, with a seacoast corresponding to the present Krug Raya Bay and Blang Raya."

(Biar - saya tidak dapat menemukan jejak yang jelas dari nama negeri yang oleh Pires diletakkan antara Aceh dan Pidie dengan pantai laut yang cocok dengan apa yang hari ini adalah antara Teluk Krueng Raya dan Blang Raya.)

Teluk Krueng Raya: sebuah teluk yang terletak di Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Blang Raya: sebuah gampong dalam Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie (timur Gampong Tuha Biheu & Batee/Krueng Kale).

MAPESA, dengan ini, meyakini bahwa Bihar (inskripsi pada batu nisan), Biar (Tome Pires) dan Biheu (Aceh) adalah nama-nama yang mengacu pada tempat yang sama di mana kawasan situs sejarah tersebut baru saja ditemukan.

Dokumentasi oleh: Adi Alam Lilawangsa, Mizuar Mahdi & Urjal.

Lihat foto lebih banyak di : Fanpage Facebook Pengurus Mapesa









Posting Komentar

0 Komentar