Kota pelabuhan Pasai (Aceh Utara) Merupakan Asal-usul Nama Pulau Sumatra

Pasai

Oleh: Musafir Zaman,

PASAI, atau yang pada waktu kemudian dan sampai hari ini lebih suka dibunyikan dengan Pasee (tanpa pemerian yang kentara untuk bunyi "ya'" mati atau "ai" di ujungnya) adalah nama satu kawasan di pesisir utara Aceh.

Dibelah batang sungai yang berhulu di kaki pegunungan yang terletak di bagian selatannya dan bermuara di laut Selat Malaka, Pasai merupakan satu kawasan subur di mana kehidupan dan peradaban manusia memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang.

Rimba belantara di belakang kawasan subur ini juga merupakan penyedia kekayaan yang melimpah ruah. Dari sana dikeluarkan berbagai komoditas mahal, semisal kemenyan, untuk dipasarkan ke dunia.

Ditambah lagi dengan muara sungainya yang memiliki dataran rendah yang luas di kedua sisinya, yang baik untuk menghasilkan garam. Ini, kiranya, merupakan modal paling awal bagi Pasai dalam rangka menuju ke babak sejarahnya.

Tanah mengandung garam, yang dalam bahasa Kurdi disebut dengan "sya-ma-t", adalah suatu hal istimewa yang telah menarik minat para pelalu-lalang di laut selat Malaka tempo dulu untuk singgah, bahkan bermukim. Ketersedian garam, di samping lain-lainnya, menjadi salah satu alasan mendasar untuk memilih daerah pesisir Pasai sebagai tempat yang layak untuk permukiman.

"Sya-ma-t", atau yang kemudian diucapkan dengan Syamta, yakni tanah mengandung garam, lantas diabadikan menjadi nama daerah itu, dan sampai hari ini masih disebut dengan Syamta-lira (daerah di sebelah barat sungai Pasai dikenal dengan Syamtalira Bayu, dan daerah di sebelah timurnya dikenal dengan Syamtalira Aron).

Dengan didukung sebuah keluk laut di sebelah barat muara sungai (Teluk Samawi; Lhokseumawe), yang merupakan tempat ideal bagi kapal-kapal untuk berlabuh, daerah pesisir Pasai kemudian menjadi tempat yang sempurna untuk satu kota pelabuhan (bandar).

Kota pelabuhan Pasai itu kemudian terkenal dengan Syumuththrah (asal-usul nama pulau Sumatra). 

Syaikh 'Abdur Ra'uf Al-Fanshuriy yang hidup di abad ke-11 Hijriah (ke-17 Masehi) mengidentikkan Sumatra dengan Pasai dalam karyanya, Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyyah.

Secara umum, kedua nama tersebut mengacu ke satu wilayah yang sama. Syummuthrah atau Sumatra adalah Pasai, dan begitu pula sebaliknya. Namun secara khusus, Pasai dapat ditentukan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke pedalaman. Dari letaknya tersebut, Pasai tidak hanya dapat mengontrol daerah-daerah di sepanjang sungai Pasai dan cabang-cabangnya yang mengarah ke Syamtalira barat (Bayu) dan Syamtalira timur (Aron), tapi juga seluruh wilayah yang berada di sepanjang aliran sungai Keureuto di timurnya.

Dari beberapa jejak peninggalan sejarah yang ditemukan sejauh ini, daerah yang menjadi pusat wilayah Pasai pada masa sebelum Kota Syummuththrah (Sumatra) dapat diperkirakan berada di tepi kanan dan kiri sungai Pasai dalam wilayah Kecamatan Meurah Mulia dan Kecamatan Nibong hari ini. Dua batu nisan bertarikh wafat paling awal telah ditemukan di Gampong Leubok Tuwe, Meurah Mulia (tepi kiri sungai Pasai), dan satu batu nisan yang tampaknya adalah milik seorang penguasa bernama Raja Husain telah ditemukan di Gampong Maddi, Nibong (tepi kanan sungai Pasai). Kubur penguasa Pasai dari abad ke-9 Hijriah (ke-15 Masehi) ini terletak di selatan salah satu kubur paling awal di Leubok Tuwe pada arah yang setentang. Pada batu nisan kubur yang di Maddi tersebut pula dua nama wilayah, yakni Pasai dan Jambur Yir (Jambo Aye).

Pada salah batu nisan kubur sang penguasa Pasai dan Jambur Yir inilah telah dijumpai sebuah relief berbentuk lampu (Arab: misykah) yang menjantungkan serta menyalakan kalimat Tauhid. Relief tersebut tentu saja hendak memyampaikan satu makna bahwa Pasai adalah pembawa lampu penerang ketauhidan dan pemikul amanah da'wah dalam rangka memperluas negeri Islam di berbagai kawasan yang dapat dicapainya.[]

 Penulis adalah: Pembina Mapesa.

Batu nisan kubur sang penguasa Pasai dan Jambur Yir. Relief berbentuk lampu (Arab: misykah) yang menjantungkan serta menyalakan kalimat Tauhid.

Posting Komentar

0 Komentar