Sultan Muhammad, Bertahta di Kota Sumatra pada Paruh Awal Abad ke-14 M

Batu Nisan Sultan Muhammad bin Sultan Al-Malik Ash-Shalih (Wafat 726 H/1326 M)
Lokasi: Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara

 Oleh: Musafir Zaman



KUBUR yang ditandai dengan batu nisan dan badan makam terbuat dari batu granit ini adalah milik putra Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang memerintah setelahnya.

Ia bernama Muhammad dan digelar dengan Syamsud-dunya wad-din (matahari dunia dan agama). Dari gelar ini, tampaknya, ia bukan saja seorang penguasa dan pemimpin negara tapi juga seorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan agama.

Ia juga digelar dengan Al-Malik Azh-Zhahir (raja yang menang), dan pada batu nisan makamnya sebelah kepala (utara) terpahat ayat Al-Qur’an dalam surah At-Taubah (21-22) yang berbunyi:

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Tuhan Menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar.

Kedua ayat ini adalah untuk menyatakan balasan bagi orang-orang yang beriman, berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka (At-Taubah: 20). 

Terpahatnya ayat-ayat Al-Qur’an tersebut pada batu nisan Almarhum dipahami sebagai suatu isyarat terkait kiprah Almarhum di masa hidupnya dalam jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Hal ini semakin terang ketika pada bagian tulisan (inskripsi) yang lain pada batu nisan makamnya, ia disebut sebagai “as-sa’id asy-syahid”, yakni yang berbahagia lagi syahid (orang yang gugur di jalan Allah). Ia, dengan demikian, adalah seorang pemimpin Muslim di Sumatra yang telah berperan penting dalam menyebarluaskan Islam di Asia Tenggara. 


Sultan Al-Malik Azh-Zhahir wafat sebagai seorang yang syahid di jalan Allah pada malam Ahad, 12 Dzul Hijjah 726 Hijriah (8 November 1326). Ia dimakamkan berdampingan dengan ayahandanya Sultan Al-Malik Ash-Shalih di tempat yang hari ini berada dalam wilayah Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Semoga Allah mengampuni dan merahmatinya.[]
  • Penulis adalah Pembina Mapesa
Cap ini ditemukan seorang warga Gampong Kuta Krueng, Aceh Utara, pada Desember 2008, di areal tambak ikan berjarak sekitar 50 meter dari kompleks makam ‘Abdullah bin Muhammad. 

Inskripsi pada cap ini menggunakan khath kufiy, dan berbunyi: Mamlakatu Muhammad (Kerajaan Muhammad).

Posting Komentar

0 Komentar