Makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat


Batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar

Sambungan dari : Di Tanoh Poteuh Meurhom

Lokasi tujuan Tim Mapesa berikutnya ternyata berada di tepi aliran Kreung Daya ini; Gampong Meunasah Rayeuk Lue. Yang disebut dengan Lue ini terdiri dari 3 gampong: Meunasah Rayek, Meunasah Teungoh dan Meunasah Tutong. Semuanya berada di tepi kiri Krueng Daya. Sedangkan di seberangnya terdapat Gampong Mukhan. Teungku Aqsa telah memenuhi janjinya untuk membimbing Tim Mapesa ke kompleks makam yang ingin dituju, yaitu kompleks makam Teungku Ba Sapih di Gampong Rayek Lue, yang ternyata terletak di dekat perbatasan antara Meunasah Rayek dan Meunasah Teungoh. J. J. de Vink telah mendaftarkan kompleks makam Teungku Ba Sapih di Meunsah Rayek Lue, Mukim Lam Beuso, dalam laporannya pada 1917.

Kompleks makam ini masuk dalam daftar tujuan prioritas perjalanan Mapesa adalah karena salah satu batu nisan yang direkam oleh J. J. de Vink (1917) di kompleks tersebut telah ditelaah inskripsinya oleh Guillot & Kalus, dan keduanya menyebutkan nama seorang tokoh dengan gelar "faqih", yakni ahli fiqh (Guillot & Kalus menyetarakannya dengan: docteur). Kedua peneliti asal Prancis ini mengaku tidak menemukan batu nisan tersebut dalam kunjungan mereka ke lokasi pada 2006.
Keadaan di sana, tampaknya, belum berubah sejak kompleks makam ini dikunjungi Guillot & Kalus. Di atas sebuah gundukan di areal yang sekarang ini merupakan tanah perkuburan umum Gampong Meunasah Rayek Lue itu hanya tampak satu batu nisan yang masih mencuat (dalam posisi sangat miring), sedangkan batu-batu nisan lainnya masih memperlihatkan kesan terjangan tsunami 2004, tergeletak di berbagai tempat. Dua batu nisan di antaranya, tampak, telah diletakkan di dekat sebatang pohon di mana ranting-ranting dan daun-daun kering yang ditumpukkan bersama kedua batu nisan itu telah menjadikan tempat itu sebagai sarang ideal bagi kalajengking. Satu batu nisan yang diperkirakan oleh Tim merupakan pasangan dari batu nisan yang diklaim sebagai milik seorang faqih tampak tergeletak jauh dari gundukan. Karena waktu yang singkat, Tim tidak sempat memeriksa lebih jauh, dan karenanya batu nisan yang menyebutkan nama faqih itu belum dapat ditemukan.

Satu batu nisan milik Faqih ditemukan beberapa puluh meter dari gundukan komplkes makam.
Satu batu nisan - yang baru saja dikatakan sebagai satu-satunya batu nisan yang tampak mencuat di kompleks itu dan dalam posisi miring - telah ditegakkan kembali dan dibersihkan oleh Tim bersama Teungku Aqsa dan beberapa warga gampong. Inskripsi pada dua sisi batu nisan telah dibaca oleh Guillot & Kalus dan tidak sepenuhnya berhasil. Sementara dua sisi lainnya telah ditinggalkan, mungkin, karena posisi batu nisan yang miring telah menyulitkan mereka untuk mengamati kedua sisi lain.

Setelah melakukan pengamatan yang saksama terhadap inskripsi pada batu nisan, maka dapat dikatakan bahwa epitaf yang diperoleh dari batu nisan tersebut merupakan temuan Mapesa terpenting pada hari itu. Epitaf tersebut akan dikaji lebih lanjut di masa mendatang, dan oleh karenanya, bunyi inskripsi yang akan dimuat berikut ini tidak diizinkan untuk apapun interpretasi yang tidak bertanggung jawab dan tidak berdasarkan sumber-sumber ilmiah.
Oleh karena pada kebiasaannya, nama dan penanggalan wafat dari pemilik kubur terdapat pada batu nisan sebelah kaki (selatan), maka pembacaan dimulai dari sisi sebelah utara sebagaimana metode yang diikuti:

ب. أ.
1. النسيبة الراجية
2. تن سر باعكت

3. ابنة شيخ أمرْ

4. سقى الله ثراها


ب. ب.
1. إلى يوم القيامة

ب. ج.
1. هذا نسان السعيدة
2. إلى رحمة الله

3. الملك العلام

4. الملقبة راج


ب. د.
1. اندر ديو

Ini merupakan pembacaan inskripsi sesuai urutan posisi keletakannya. Apabila disusun kembali untuk mendapatkan bacaan yang sesungguhnya maka adalah sebagaimana berikut ini:
هذا نسان السعيدة النسيبة الراجية إلى رحمة الله الملك العلام الملقبة راج اندر ديو تن سر باعكت ابنة شيخ أمر سقى الله ثراها إلى يوم القيامة
Terjemahan:
Inilah nisan wanita yang berbahagia, yang berasal dari keturunan terhormat, yang selalu mengharapkan kasih sayang Allah Yang Maha Memiliki lagi Maha Mengetahui, yang bergelar Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat anak perempuan dari Syaikh Amar, semoga Allah menurunkan (rahmat) ke atas pusaranya hingga hari kiamat.
Batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar di MMR 01
Hari sudah menjelang senja ketika Tim masih harus bersusah payah mengangkat satu batu nisan lainnya ke gundukan. Waktu sudah tidak mengizinkan lagi untuk berlama-lama di kompleks itu sebab satu kompleks lainnya mesti dikunjungi dalam hari itu juga. Kompleks makam Ba Sapih dengan demikian perlu penanganan khusus yang akan dilakukan di lain waktu. Perekaman visual setakat yang memungkinkan telah dilakukan, tapi penggambaran posisi-posisi sejumlah batu nisan yang telah terpencar mesti dilakukan dalam kunjungan kali mendatang. Hanya posisi-posisi batu nisan itu yang tampaknya akan memberikan kita peluang untuk merekonstruksi kejadian pada saat kompleks makam diterjang gelombang. Rekonstruksi itu mudah-mudahan dapat membantu kita melacak batu-batu nisan yang hilang, terutama batu nisan seorang tokoh yang menurut Guillot & Kalus adalah seorang faqih, atau seorang tokoh yang boleh jadi ada kaitannya dengan Raja Idra Dewi Tun Sri Pangkat yang pada batu nisannya tidak dijumpai penanggalan wafat. Seorang warga juga menginformasikan tentang adanya batu-batu nisan di areal persawahan, namun menurutnya, batu-batu nisan yang dijumpai di sawah-sawah biasanya telah dihancurkan saat membajak.

Teungku Aqsa memimpin kami ke tempat di mana akan menjadi bagian akhir dari perjalanan Mapesa pada hari itu.

Masih tidak jauh dari aliran Krueng Daya terlihat barisan bukit seperti memagari lembah Krueng Daya, termasuk Lue dengan meunasah-meunasahnya. Saat itu saya baru benar-benar menyadari bahwa saya berada di satu wilayah geografis yang ternyata sangat permai dan strategis. Wajar sekali apabila salah seorang dari pewaris Darul Kamal telah memilih wilayah ini sebagai pusat pemerintahan kesultanannya. Saya mungkin akan larut dalam mengagumi jika kami tidak harus segera mendaki bukit yang agak terjal, dengan jalan setapak yang dipenuhi semak-semak, menuju ke kompleks makam yang disebut dengan makam Teungku Gle Meurah.
Kompleks makam Teungku Gle Meurah di Gampong Meunasah Rayeik, Kec. Indra Jaya (MMR 02).
Kompleks makam Teungku Gle Meurah telah dilaporkan oleh J. J. de Vink pada 1917, dan telah dikunjungi oleh Guillot & Kalus pada 2006. Batu-batu nisan di kompleks makam yang masih berada di wilayah Gampong Meunasah Rayek, Mukim Lam Beuso, Kecamatan Indra Jaya ini, tampak utuh dan tidak terganggu, selain oleh satu pohon besar yang tumbuh tepat di posisi sebuah nisan.

Pemotretan dan rekam video telah dilakukan dalam waktu terang yang masih tersedia. Data-data menyangkut denah dan lainnya telah dibuat oleh Ananda Masykur Syafruddin. Semuanya dikerjakan dengan agak tergesa-gesa karena matahari hampir terbenam dan waktu Maghrib akan menjelang. Tetapi dalam waktu yang singkat itu, kami telah dapat memastikan bahwa J. J. de Vink pada 1917, begitu pula Guillot & Kalus dalam artikel 2013 mereka, telah terkecoh oleh kata "sultan" pada salah satu batu nisan di kompleks makam ini. Kata itu tedapat pada baris ketiga, sisi selatan dari batu nisan sebelah kaki (selatan). Guillot & Kalus, dalam artikel 2013, telah menyambung kata sultan itu dengan "Shalahuddin ibn 'Ali Mughayid (Mughayat)" dan untuk selanjutnya membuat sebuah interpretasi, yang paling kurang dapat dikatakan sebagai sebuah khayalan atau olahan imajinasi semata-mata.

Inskripsi pada batu nisan tersebut, begitu pula pada batu nisan pasangannya, telah dibuat dengan model kaligrafi dari suatu aliran seni yang masih belum dapat diketahui prinsip-prinsipnya - jadi, bukan tulisan atau kaligrafi yang jelek. Inskripsi atau apa yang kami lebih condong untuk menggolongkannya kepada pseudo-inskripsi ini tidak dapat dijadikan sandaran bagi suatu informasi sejarah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Ia belum dapat dianggap lebih dari sebuah teknik ornamental.

Sekalipun tidak memperoleh informasi sebagaimana dibayangkan dari batu-batu nisan di makam Teungku Gle Meurah, namun kompleks itu secara pasti telah memberikan kepada kami harapan untuk menemukan kompleks-kompleks makam yang lain di sepanjang barisan bukit itu. Saya menuruni bukit dengan bayangan menaikinya lagi - serta melakukan penyisiran di sepanjang punggungnya - melekat di kepala. Saya kira, bayangan itu juga melekat di benak setiap anggota Tim. Apa yang telah diketahui hari itu dengan cepat menumbuhkan rasa ingin tahu yang baru dan lebih besar dari itu. Namun kami harus pamit kepada Teungku Aqsa dengan rasa terima kasih yang dalam atas segala bantuan yang diberikan.

Dalam perjalanan pulang ke Banda Aceh, lambaian salam dijunjung ke Hadarat Duli Poteuh Meurhoem di Negeri Daya, Sulthanus Salathin 'Alauddin Ria'ayah Syah beserta segenap keluarga, seraya doa terangkat kepada Rabbul 'Izzati wal Jalal, semoga senantiasa ampunan dan rahmat-Nya tercurah ke atas pusara mereka hingga hari kiamat, dan semoga Dia tempatkan mereka dalam syurga-Nya yang luas.

Selesai ditulis di Kuta Malaka, 21 Jumadil Akhir 1439

Catatan:
1. Laporan J. J. de Vink 1917 dapat ditemukan pada link ini:
https://ia800601.us.archive.org/5/items/in.gov.ignca.37040/37040.pdf
2. Artikel Ludvik Kalus dan Claude Guillot 2013 dapat ditemukan pada link ini:
http://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_2013_num_85_1_4393?q=Daya

Dikutip dari group Mapesa.


Krueng Daya pada bagian yang membelah Gampong Meunasah Rayek Lue dengan Gampong Mukhan di Kecamatan Indra Jaya, Aceh Jaya.
Batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar di MMR 01.

Batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar di MMR 01 sebelum ditegakkan.

Proses penataan batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar.


Batu nisan makam Raja Indra Dewi Tun Sri Pangkat binti Syaikh Amar di MMR 01 seusai ditegakkan kembali.

Beberapa batu nisan di kompleks makam Teungku Ba Sapih di
Gampong Meunasah Rayeik, Kec. Indra Jaya (MMR 01).


Kompleks makam Teungku Gle Meurah di Gampong Meunasah Rayeik, Kec. Indra JayaFoto Claude Guillot dan Ludvik Kalus Tahun 2006
Kompleks makam Teungku Gle Meurah di Gampong Meunasah Rayeik, Kec. Indra Jaya (MMR 02).
 
Batu nisan di kompleks MMR 02 yang dianggap sebagai penanda makam seorang sultan oleh dua peneliti asal Prancis.

Model kaligrafi yang cenderung menampilkan pseudo-inskripsi pada salah satu batu nisan di kompleks MMR 02.

Posting Komentar

0 Komentar