Peninggalan Sejarah Aceh Darussalam: Yang Penting, Yang Terabaikan

Kondisi batu nisan sebuah makam di Ulee Kareung,
Indrapuri, Aceh Besar. (Foto: Misykah.com)

TERNYATA tidak hanya di kabupaten-kabupaten yang jauh dari ibukota Provinsi Aceh, di ibukota provinsi dan kabupaten berhampiran dengannya (Kabupaten Aceh Besar), kondisi peninggalan sejarah Aceh terlihat sama saja nasibnya; banyak sekali yang terabaikan dan terancam musnah, dan umum masyarakat kurang menyadari bahwa mereka tinggal di atas tanah bekas sebuah negeri yang memiliki sejarah yang panjang dan gemilang.

Dengan sejumlah besar tinggalan sejarah penting yang berada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah terkesan tidak pernah bekerja serius untuk merawat warisan itu supaya kemudian dapat sampai ke generasi berikutnya—suatu fenomena yang amat bertolak belakang dengan orasi-orasi bernada antusias untuk menjaga warisan bangsa yang disampaikan para pejabat pemerintahan. Kenyataan ini kerap memaksa kita untuk mempertanyakan di mana sesungguhnya peran dan tanggung jawab Pemerintah baik dalam melestarikan tinggalan sejarah maupun dalam sosialisasi arti pentingnya kepada masyarakat. Lalu, bagaimana diinginkan pola pikir masyarakat berubah kepada yang lebih baik sementara kaum yang menginginkan hal itu saja tidak punya pola pikir yang jelas?!

Kenyataan memprihatikan ini ditemukan setelah selama separuh bulan lebih melakukan penelitian awal di kawasan tepi kanan dan kiri Krueng Aceh mulai Kecamatan Indrapuri di Kabupaten Aceh Besar sampai dengan Kecamatan Kuta Alam di Kota Banda Aceh. Penelitian yang sampai hari ini belum memakan sepeser pun uang Pemerintah, atau bahkan uang pribadi pejabat pemerintahan— dan mutlak atas pinjaman serta sumbangan yang diberikan teman-teman yang menaruh perhatian akan hal yang sama—telah mendata beberapa situs penting yang memberikan berbagai informasi berharga mengenai Kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-16 M.

Beberapa situs sejarah penting yang berhasil dijumpai ialah:

Kompleks-kompleks pemakaman di Gampong Ulee Kareung, Kecamatan Indarapuri, Aceh Besar.

Kompleks makam di Gampong Ulee Kareueng, Indrapuri,
Aceh Besar (Foto: Misykah.com)


Kompleks makam di Gampong Ulee Kareueng, Indrapuri,
Aceh Besar (Foto: Misykah.com)


Kompleks makam di Gampong Ulee Kareueng, Indrapuri,
Aceh Besar (Foto: Misykah.com)

Kompleks pemakaman di Gampong Blang Cut, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.

Kompleks makam di Gampong Blang Cut, Lung Bata,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam di Gampong Blang Cut, Lung Bata,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)


Kompleks pemakaman di Gampong Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Kompleks makam di Gampong Pango Raya Ulee Kareng,
Banda Aceh, sebuah temuan baru yang spektakuler. (Foto: Misykah)

Kompleks –kompleks pemakaman di Gampong Pango Deah, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Kondisi satu nisan di kompleks makam Gampong Pango Deah,
Ulee Kareng,Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kondisi satu nisan di kompleks makam Gampong Pango Deah,
Ulee Kareng,Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks –kompleks pemakaman di Gampong Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Kompleks makam di Gampong Ilie, Ulee Kareng,Kota Banda Aceh,
berada dekat kandang sapi milik warga. (Foto: Misykah.com)

Satu nisan di kompleks makam Ilie, Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, milik seorang perdana mentri Kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16 M. (Foto: Misykah.com)

Satu nisan di kompleks makam Ilie, Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, milik seorang perdana mentri Kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16 M. (Foto: Misykah.com)

Salah satu nisan di kompleks makam Gampong Ilie, Ulee Kareng,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks-kompleks pemakaman di Gampong Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Puncak nisan di kompleks makam Lam Teh, Ulee Kareng,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam di Gampong Lamteh, Ulee Kareng,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam lainnya di Gampong Lam Teh, Ulee Kareng,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks pemakaman di Gampong Lam Ujong, Kecamatan Krueng Baroena Jaya, Aceh Besar.

Kompleks makam di Gampong Lam Ujong Meunasah Baet,
Krueng Baroena Jaya, Aceh Besar. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam di Gampong Lam Ujong Meunasah Baet,
Krueng Baroena Jaya, Aceh Besar. (Foto: Misykah.com)

Kompleks pemakaman di Gampong Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Kompleks makam lainnya di Gampong Lambhuk, Ulee Kareng,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam di pekarangan Masjid Gampong Lambhuk,
Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks pemakaman di Gampong Sukadamai, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.

Kompleks makam di Gampong Sukadamai, Lueng Bata,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Kompleks makam di Gampong Sukadamai, Lueng Bata,
Kota Banda Aceh. (Foto: Misykah.com)

Andai kata Pemerintah mengadakan program penelitian dan pelestarian situs-situs tinggalan sejarah Aceh Darussalam untuk dua atau tiga lokasi saja pertahunnya, maka dipastikan dalam beberapa tahun kemudian, sudah banyak sekali informasi sejarah Aceh yang tergali, dan akan banyak situs sejarahnya yang terawat dan terjaga untuk diwariskan ke generasi masa depan. Tapi apa hendak dikata, semua saran yang disampaikan sering dianggap seperti angin lalu. Walhasil, nihil juga! (Taqiyuddin Muhammad)

Dikutip dari www.misykah.com, wabsite resmi Cisah, tayang pada 3 Juni 2014.
























































Posting Komentar

0 Komentar