Putri Ta'yin binti Sultan 'Ali bin Sultan 'Alauddin


Ta'yin, تعيين

Kandang Cut. Begitu sebutan yang saya dengar untuk sebuah pekuburan warisan sejarah yang berada di Gampong Kandang, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Secara harfiah, Kandang Cut berarti pekuburan kecil. Kandang: kubur atau pekuburan para bangsawan; dan "cut" di sini berarti kecil (J. Kreemer, 1931). Tapi siapapun yang pernah berziarah ke pekuburan ini pasti menolak untuk menyebutnya sebagai pekuburan kecil. Sebutan tersebut sama sekali tidak masuk akal. Kecuali, barangkali, dengan alasan, apabila dibandingkan dengan satu pekuburan lain yang lebih besar, terletak tidak jauh dari Kandang Cut; atau dengan alasan untuk membedakannya dengan nekropolis Kandang (Meunasah Kandang) di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Hanya dengan alasan-alasan seperti itu, sebutan Kandang Cut, saya kira, dapat diterima.

Saya tidak akan memperpanjang deskripsi tentang pekuburan ini. Tuan-tuan, terutama yang muda-muda, dapat berziarah dan melihatnya secara langsung. Ahad ini Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) akan melakukan meuseuraya (kerja bersama-sama secara sukarela) membersihkan pekuburan warisan sejarah yang tidak terawat ini. Ya, benar, warisan sejarah yang Tuan-tuan miliki, dan sudah lama menantikan klaim bahwa Tuan-tuan-lah ahli warisnya!

Di Kandang Cut, tiga wanita bangsawan diketahui: dua wanita dengan nama dan asal keturunan mereka, dan satu wanita lagi hanya ungkapan "hamba Allah yang berbahagia" yang dapat diketahui tentangnya. Wanita bangsawan ini berbahagia, tapi kita kurang berbahagia karena tidak dapat mengetahui nama dan identitasnya. Batu nisan penanda kuburnya telah rusak parah, dan hanya menyisakan kalimat:

اين نشان همب الله يڠ بربهڬي ...... هجرة النبي المصطفي خير الورى

"Ini nisyan hamba Allah yang berbahagia... hijratun-Nabiy khairil-wara".


Kubur satu wanita dari tiga wanita bangsawan tersebut berada di paling barat pekuburan. Kubur ditandai dengan sepasang batu nisan yang sampai dengan hari ini masih menyisakan tanda-tanda kehebatan seni pembuatannya di masa silam. Di zamannya, wanita ini pasti telah terpilih sebagai salah satu sosok yang patut untuk diingat dan dikenang karena peranannya. Kuburnya ditandai supaya ingatan tentangnya lestari. Hanya sayang, ingatan itu kemudian ternyata tercecer dan menghilang dalam perjalanan zaman. Hanya baris-baris tulisan di batu nisan kuburnya yang rusak, yang berhasil menggulati waktu panjang untuk sampai ke depan mata kita hari ini.

Baris-baris itu:

Pada batu nisan kepala:

1. لا إله إلا الله العزيز

2. الغفار لا إله إلا الله 

3. الواحد القهار لا إله 

لا إله إلا الله محمد رسول الله 

1. إلها واحدا وربا

2. شاهدا ونحن له 

3. مخلصون 

Terjamahan:
"Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun; Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa lagi Maha Menundukkan. Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah. Tuhan Yang Satu dan Tuhan Yang Maha Menyaksikan; dan kami adalah orang-orang yang ikhlash kepada-Nya."

Nisan kepala Putri Ta'yin bin Sultan 'Ali
bin Sultan 'Alauddin

Pada batu nisan kaki:

1. هذا القبر السعيدة

2. السعدية المسمية 

3. فتر تعيين بنت السلطان 

4. علي بن السلطان 

1. علاء الدين التي ماتـ[ـت])

2. بوقت يوم الأربعاء

3. الثامن من شهر رمضان سنة

Terjamahan
"Inilah kubur wanita yang berbahagia dan diliputi kebahagian bernama Puteri Ta'yin binti Sultan 'Ali bin Sultan 'Alauddin, yang meninggal dunia pada waktu hari Rabu, kedelapan dari bulan Ramadhan tahun... (8 Ramadhan tahun?)"

Nisan kaki Putri Ta'yin bin Sultan 'Ali
bin Sultan 'Alauddin

Putri adalah anak perempuan raja (sultan). Wanita yang dikuburkan di Kandang Cut ini adalah putri dari Sultan 'Ali bin Sultan 'Ala'uddin. Kerusakan batu nisan kubur putri yang berbahagia ini tidak menyisakan lagi bagi kita informasi tahun wafat.

Suatu hal yang menarik perhatian saya adalah nama: Putri Ta'yin, تعيين. Mulanya, saya tidak berani memastikan bacaan di bagian nama ini benar. Putri Ta'yin, nama yang terdengar janggal bagi saya untuk seorang wanita, tapi inskripsi tidak memberikan saya pilihan yang lain. Saya memeriksa kamus untuk memperoleh alternatif. Kamus lantas mengingatkan saya bahwa ta'yin selain berarti penentuan, juga merupakan istilah dalam fiqh. Ya, ini benar, dan salah satunya adalah istilah dalam syarat niat shalat. Disyaratkan dalam niat shalat fardhu: qashd (meniatkan shalat), ta'arrudh (meniatkan fardhu) dan ta'yin (meniatkan Zhuhur, 'Ashar atau lainnya). 

Adakah hubungan nama Putri ini dengan satu perkara dalam syarat niat: ta'yin?

Pastinya, saya tidak dapat memastikan. Tapi saya mungkin dapat menangkap bayang-bayang yang dapat saya jadikan alasan bahwa nama tersebut sesungguhnya tidak janggal bahkan boleh jadi terinspirasi oleh sesuatu yang berasal dari tempat lebih dalam.

Al-Bakriy Ad-Dimyathiy (w. 1310 H/1893 M) setelah menjelaskan definisi niyyah (niat), mendalilkan perintah wajib niat dengan ayat Al-Qur'an, surah Al-Bayyinah ayat 5:

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas kepada-Nya [menjalankan] agama (ibadah)."   

Dan ia mengutip Imam Al-Mawardiy (w. 450 H/1058 M) dalam karya monumentalnya Al-Hawiy Al-Kabir (Al-Bakriy tidak menyebutkan tempat pengutipannya tapi saya telah memeriksa Al-Hawiy): 

الاخلاص في كلامهم هو النية

"Ikhlash yang dimaksud dalam percakapan mereka (Arab) adalah niat."

Pendalilan wajib niat dengan ayat tersebut, dan penjelasan Al-Mawardiy, langsung saja mengembalikan saya kepada bagian inkripsi pada batu nisan kepala yang berbunyi:

ونحن له مخلصون

"Dan kami adalah orang-orang yang ikhlas kepada-Nya"

Ikhlas adalah niat, dan satu dari syarat niat, adalah ta'yin تعيين. Saya kira, kalimat "Dan kami adalah orang-orang yang ikhlas kepada-Nya", selain sebagai suatu pernyataan kemurnian iman dan ibadah kepada Allah, juga mengarahkan kita kepada asal usul penamaan Tuan Putri Ta'yin bin 'Ali bin 'Ala'uddin. Nama ini berasal dari pelajaran tentang ikhlash dan niat dalam fiqh Islam yang diajarkan dan dibaca di zaman tersebut.

Nama ini sedikit membukakan celah bagi kita untuk mengintip suasana kehidupan keilmuan di abad ke-16 Aceh Darussalam yang jauh itu.

Kubur Putri Ta'yin bin Sultan 'Ali bin Sultan 'Alauddin
Kandang, Darul Imarah, Aceh Besar

Saya berharap Tuan Pembaca yang budiman tidak mempercayai uraian saya sebelum datang berziarah dan menyaksikannya sendiri!

Tentang dua wanita bangsawan lainnya di Kandang Cut, Mapesa akan bersedia memberikan penjelasan tentang mereka besok Ahad di pekuburan Kandang Cut, Gampong Kandang, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.  

Punge Blangcut, 2 Shafar 1444

Oleh: Musafir Zaman

Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
Getanyoe Aceh beusabe tatem jaga n tatem ziarah bk kubu tokoh2 islam yg tudong negara islam selama 4oo thon