Tekad Bekerja Membereskan Kesejarahan Bangsa

 Diskusi Semalam

(Text Document Created: 11 July 2021; Modified: 25 April 2022)
Semalam kami berdiskusi dalam waktu jeda. Berbincang tentang tekad bekerja "membereskan" kesejarahan kita yang berantakan, terutama akibat berbagai ambisi politis dan imperialis yang telah merawat dan membesarkan kebodohan secara sempurna.
Kesejarahan ibarat kitab memori yang memandu perjalanan hidup sebuah bangsa. Di banyak waktu, kesejarahan tak ubahnya fatwa para fuqaha' yang menjadi rujukan manakala masalah-masalah rumit ditemukan. Kesejarahan juga sudah tentu merupakan bahan-bahan yang wajib dimiliki dalam penyusunan apapun rancangan menyangkut kehidupan bangsa di masa depan.
Kesemrawutan rupa bangsa, atmosfer kontradiktif yang mengangkanginya, "gangguan identitas disosiatif" yang dialaminya, dapat berpangkal dari kesejarahannya yang berantakan. Keberantakan itu mesti dibereskan supaya permulaan jalan yang mesti dilalui dapat terlihat dengan jelas.
Bagaimanapun, pekerjaan "membereskan" kesejarahan, mutlak perlu tenaga kerja bermoral dalam jumlah besar. Sedihnya, kita tidak punya itu. Dunia pendidikan kita lumpuh, dan tidak berkontribusi dalam melahirkan tenaga kerja bermoral. Bermoral dalam artian yang meliputi sikap bertanggungjawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, bertanggungjawab terhadap pemberantasan segala bentuk kebodohan dan kemalasan, berdedikasi tinggi dalam menunaikan amanah ilmu pengetahuan, berupaya melahirkan keshalihan dan peradaban.
Dunia pendidikan kita justru sedang berfokus pada produksi dan penyediaan ragam jenis mimpi akan kehidupan menyenangkan dan muluk, bahkan lebih berperan seperti dapur yang menyuguhkan hidangan cendawan penyebab halusinasi.
Pekerjaan "membereskan", dari itu, harus menanggung dua beban: beban "membereskan" dan beban menyiapkan tenaga kerja untuk "membereskan". Hakikatnya malah ada tiga beban! Satunya lagi adalah beban untuk membawa masyarakat ke tingkat memiliki pengetahuan yang memungkinkan mereka memahami dan mendiskusikan hasil-hasil kerja "membereskan" itu sendiri.
Beban yang ketiga itu sesungguhnya tidak terperikan beratnya! Sebab, keberantakan adalah kondisi yang telah berdiri dalam waktu yang cukup untuk diyakini sebagai suatu yang absah dan patut diterima.
Tiga beban sekaligus dalam satu pekerjaan!
Memilih hanya untuk menanggung beban "membereskan" bersama sekelompok kecil tenaga kerja, itu berarti memilih jalan berat yang teramat panjang. Sangat dikuatirkan, suatu waktu kelak, itu akan terhenti setelah kelelahan mencapai ambang batas yang dapat ditanggung dan tekad telah dilahap habis oleh keputusasaan.
Membatasi diri untuk menanggung beban "membereskan" sambil menyiapkan tenaga kerja untuk "membereskan", dan tidak menaruh perhatian terhadap beban yang ketiga, itu juga berarti kesia-siaan dari semua usaha. Hasil pemberesan dan perbaikan justru tidak akan terpahami, di luar jangkau nalar masyarakat luas, terasing, dan pada akhirnya, tidak memberikan apapun faedah dan pengaruh.
Masing-masing beban melahirkan kegundahan. Dan, apabila kegundahan itu diumpamakan serigala lapar, maka pekerja yang sendirian dipastikan tidak akan selamat. Ia pasti akan menjadi korban mengenaskan; mati tercabik-cabik. Tapi andaikata para pekerja itu ramai, bahu-membahu dan saling mendukung, sekawanan serigala sekalipun pasti dapat dihalau!
Diskusi semalam kemudian berakhir pada kesimpulan: kita masih tetap meneruskan langkah di jalan yang sedang kita tempuh!

Gambar: Batu Nisan Aceh di Lambhuk, Banda Aceh. Bunyi inskripsi:
قل هو الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد
ولم يكن له كفوا أحد ربي اشرح لي صد[ري] ويسر
لي أمري واحلل عقدة من لساني يفقه قولي
"Katakanlah (wahai Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlash: 1-4); Tuhanku lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.
24 Ramadhan 1443

Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
Allahummagfurlahum warhamhum..