Lae Soraya
Lae Soraya... kasihanilah aku!
Rinduku padamu teramat binal
Mencegat pikiranku ke lain hal
Meskipun kecantikanmu bagiku masih misteri
Lae Soraya... kasihanilah aku!
Hentikanlah rayu dan goda itu
Meski kutahu kau tak sengaja
Hampir segala kesejukan di jalan-jalan kedamaian
kepadamu berhimpun ruah
Dimahkotai Alas di bawah kanopi hijau, kau sungguh tampak perkasa
Bak srikandi zaman dahulu kala
Ke samudera Hndia kafurmu membiru
Lalu dari sana kaumembuat dunia mengingatmu
Bintang-bintang lahir dari rahimmu Soraya
Dua Fanshuri takkan pernah terhapus nama
Tapi Lae Soraya... kasihanilah aku!
Datanglah bayangmu ke yang lain, lepaskan aku!
Meski kutahu kau tak sengaja
Penjelasan:
Lae Soraya: nama sungai di barat Kota Subulussalam, Aceh. Kota Subulussalam berbatasan dengan Kab. Aceh Tenggara, Aceh, dan Kab. Dairi, Sumut, di utara; Kab. Aceh Singkil di selatan; Kab. Aceh Selatan di barat; dan Kab. Dairi, Sumut, dan Kab. Pakpak Barat, Sumut, di timur.
Kecantikan yang masih misteri: penelitian sistematis terhadap permukiman-permukiman lama (kuno) di sepanjang aliran sungai ini belum pernah dilakukan. Masa lalu wilayah itu masih banyak yang belum diketahui.
"Hampir segala kesejukan di jalan-jalan kedamaian kepadamu berhimpun ruah"
Segala kesejukan: sungai-sungai yang bermuara ke Lae Soraya. Jalan-jalan kedamaian: Subulussalam.
Dimahkotai Alas: pucuk atau hulu Lae Soraya adalah Lae Alas atau sungai Alas di Aceh Tenggara.
Di bawah kanopi hijau: Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Ke samudera India kafurmu membiru: muara Lae Soraya di Singkil, sebuah kota/bandar di tepi samudera India. Pada masa lampau, berbagai komuditas penting dari wilayah pedalaman semisal kafur (kamper), kemenyan (benzoin) dan lainnya telah diangkut dari sana dan dipasarkan ke berbagai wilayah di dunia sehingga Fanshur (nama kuno kawasan tersebut) telah terkenal sejak waktu yang sangat lampau. Para ahli geografi Arabo-Persia abad-abad permulaan Islam telah menyebutnya dalam buku-buku mereka.
Bintang-bintang lahir dari rahimmu Soraya: ulama-ulama yang berasal dari daerah aliran Lae Soraya.
Dua Fanshuri takkan pernah terhapus nama: Syaikh Hamzah Al-Fanshuriy dan Syaikh 'Abdurrauf bin 'Ali Al-Fanshuriy.
GAMBAR-gambar ini direkam dalam ekspedisi yang dilaksanakan dan didanai secara mandiri oleh MAPESA pada 2017 silam. Ekspedisi yang menyandang nama Almarhum Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah ini bertujuan untuk melacak jejak terakhir dari duta Aceh Darussalam tersebut. Ia adalah duta untuk dunia internasional dari pihak Almarhum Sri Paduka Sultan Manshur Syah pada pertengahan abad ke-13 H (ke-19 M).
Selain itu, ekspedisi juga dilaksanakan untuk menjajaki potensi serta menjaring berbagai informasi kesejarahan dan kepurbakalaan di pantai barat-selatan Aceh dengan mengacu kepada peta Almarhum Saiful 'Alam Syah.
Salah satu wilayah yang dituju dalam ekspedisi adalah Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam. Gambar-gambar yang diambil di sepanjang tepi kanan Lae Soraya (Pasar Rundeng-Binanga-Oboh-Tualang) ini adalah di antara sejumlah temuan yang menjadi dasar penetapan wilayah Kecamatan Rundeng, bahkan DAS Lae Soraya, mulai hulu sampai hilir, sebagai salah satu wilayah prioritas penelitian dan penyelidikan MAPESA di masa mendatang.
Gambar-gambar ini telah diizinkan untuk dipergunakan bagi berbagai tujuan ilmiah dan kebaikan tanpa harus mencantumkan sumber.
Dikutip dari group Mapesa
0 Komentar