Salah Satu Penyebab Keterabaian Peninggalan Sejarah Islam di Aceh



Kiriman Tuan Ivan Bratislava telah sampai ke ruang pikir saya dan bergema. Di sana, dalam ruang pikir bersahaja dan terasing itu, kiriman tersebut telah disambut dengan keharuan dan pujian, serta dukungan sepenuhnya atas pernyataan-pernyataan yang disampaikan. Oleh karena itu, dengan segala penghormatan atas usaha yang tulus dan kemurnian dari apa yang disampaikan, izinkanlah saya untuk membagikan kiriman Tuan bersama sedikit komentar di bawah ini, mudah-mudahan komentar saya dapat pula berguna sebagaimana kiriman Tuan yang bermanfaat dan mencerahkan:
Di antara penyebab utama terabaikannya banyak peninggalan sejarah Islam di Aceh adalah karena dominannya pengaruh legenda, mitos, takhayul yang menyebar di kalangan masyarakat. Berbagai manifestasi keterbelakangan pemikiran itu telah merusak serta menguburkan jejak-jejak sejarah yang merefleksikan Islam dalam konteks waktu dan tempatnya.
Warisan kesenian kaligrafi Arab, untuk menyebutkan misal, adalah salah satu pusaka yang terbenam ke dalam kubang pengabaian, dan jauh dari kesadaran kita, tertindih oleh cerita-cerita yang di banyak bagiannya tidak berguna dan hanya menampilkan kekonyolan para pembuat cerita.
Lalu, apa pentingnya pusaka seperti yang dicontohkan?
Cukup diungkapkan di sini bahwa saat kita mengamati sebuah ukiran kaligrafi Arab pada batu nisan peninggalan sejarah, maka sesungguhnya, kita sedang melihat sebuah zaman dan gagasan-gagasan yang berkembang di dalamnya. Bukankah segala sesuatu saling berhubungan dan saling menjelaskan?!
Hanya saja, untuk dapat melihat seperti itu, kita perlu untuk tidak berpuas diri dengan apa yang sementara ini kita tahu tentang agama yang kita yakini; menyelamlah lebih jauh, periksalah setiap ruangnya secara lebih saksama, dan mendekatlah ke riwayat ummahnya yang panjang dan sarat peristiwa serta makna, kita akan melihat sebuah rajutan agung yang ditenun oleh pengakuan bercahaya: tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Baik pula diungkapkan kembali di sini bahwa generasi muda adalah satu di antara alasan-alasan besar mengapa penelusuran sejarah yang sedang dilakukan ini dilakukan. Harapan-harapan untuk masa depan mereka adalah energi terbarukan dalam perjalanan penelusuran. Generasi muda Islam mesti mampu berdiri tegak di masa depan menyumbangkan berbagai kebaikan bagi umat manusia. Sebab, revolusi besar dalam sejarah umat manusia, sesungguhnya, hanya dapat digerakkan ketika sebuah generasi dapat semampu mungkin menjadi "rahmah", wujud kasih sayang Allah 'Azza wa Jalla, bagi semesta alam, sebagaimana diteladankan oleh Manusia Pilihan, Rasulullah, Shalla-Llah 'alaihi wa Sallam. Dalam sejarah Aceh, "Rahmah" yang diusung oleh para pendahulu pada hakikatnya adalah kunci pembuka wilayah yang luas di mana Islam kemudian menjadi pilihan abadi.
Demikian, dan terima kasih.
Aneuk Galong, 3 Rabi'ul Akhir 1441.

Dokutip dari group Mapesa










Posting Komentar

0 Komentar