Meuseuraya

Tiada "kata perintah". Nisan-nisan ini tak dapat membela dirinya sendiri dari keterancaman arogansi zaman. Karena itu, MAPESA hadir untuk mengadvokasi warisan penting ini. Tidak ada yang memberi kata perintah untuk kegiatan pelestarian ini. Semuanya dilatari oleh kesadaran akan pentingnya warisan sejarah dan budaya.

Sesuatu yang patah, walau direkatkan kembali tak akan pernah kembali sempurna seperti semula. Walaupun begitu, upaya perekatan mesti harus tetap dilakukan untuk menjaga keutuhan dan keindahannya. Kegiatan pelestarian yang dilakukan MAPESA di lapangan adalah berupa pembersihan, penataan, dan pendokumentasian. Salah satu rangkaian penting dari kegiatan tersebut adalah merekatkan kembali fragmen-fragmen yang patah.
Langkah-langkah utama yang dilakukan adalah mencari fragmen nisan di sekitar situs, lalu mengumpulkannya, dilanjutkan dengan membersihkan semua fragmen, setelah itu mencocokkan tiap-tiap fragmen pada kesatuannya, dan terakhir merekatkannya. Dua langkah yang terakhir membutuhkan ketelitian dan pengalaman.
Seluruh kegiatan pelestarian yang dilakukan oleh MAPESA dilakukan dengan cara 𝙢𝙚𝙪𝙨𝙚𝙪𝙧𝙖𝙮𝙖 yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Meuseuraya merupakan kearifan lokal masyarakat Aceh yang ikut dicoba untuk terus dilestarikan. Istilah ini bermakna "mengerjakan sesuatu secara bersama-sama (beramai-ramai) dengan satu tujuan yang baik". Mengikuti meuseuraya rutin yang diadakan oleh MAPESA berarti telah ikut melestarikan budaya tak benda (Intangible cultural heritage) sekaligus melestarikan benda budayanya.
Gambar disediakan oleh: Arya Purbaya




Posting Komentar

0 Komentar