Setengah Hari di Ribaan Masa Lalu

Meuseuraya di komplek makam Al-Wazir Sri Maharaja Tun Hasan abad 16 masehi.

Meuseuraya atau gotong-royong membersihkan lokasi-lokasi situs sejarah adalah kegiatan rutin yang dikoordinasi Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) di setiap akhir pekan. Kegiatan terbuka untuk umum, dan tak sampai setengah hari; dari pagi sekitar pukul 09.00 sampai azan Zhuhur berkumandang. Hanya setengah hari dalam seminggu sudah merupakan sumbangsih yang berarti dalam menjaga kelestarian warisan budaya; sekelumit waktu untuk menggugah kembali kesadaran bahwa kita adalah pewaris dari mereka yang telah memberi kita sebuah identitas.


Meuseuraya Ahad kemarin, 30 November, di Dsn. Lampoeh Luboek Gampong Punge Blangcut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, berhasil menyingkap data-data penting tentang tokoh-tokoh yang hidup dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam.
Di antara mereka adalah seorang wanita bangsawan. Inskripsi pada batu nisan menyebutkan namanya Paduka Raja.. (bagian selanjutnya telah patah dan hilang). Ia wafat pada hari Rabu, 25 Jumadal Akhir 987 H (19 Agustus 1579 M). Pada batu nisannya juga tertulis bait-bait syair, yang di antaranya ungkapan Al-Mu'tamid bin 'Abbad (wafat 488 H/1095 M), raja terakhir Dinasti 'Abbad di Andalusia (Spanyol).

Bait-bait syair yang tertulis pada batu nisan itu berbunyi:
الموت باب كل الناس داخله
فلا أدري بعد الباب ما الدار
الجنة عدن ان عملت بما
يرضى الاله فان خالفت فالنار
هما محلان للعبيد ما سواهما
اختر لنفسك أي الدار تختار
ما للعبيد سوى الفردوس ينعم
فان هفوا هفوة فالرب غفار

Terjemahan bebas:
Kematian adalah pintu
setiap orang pasti lalu
Manalah kautahu ke negeri mana setelah pintu
Syurga 'Adnin jika amalmu Tuhan kenan
Jika tidak, nerakalah tempat berpulang
Hanya dua tempat, tiada lainnya bagi hamba
Maka pilihlah ke negeri mana jadi pilihan
Syurga Firdauslah tempat bersenang para hamba
Jika khilaf silap terbuat, maka yakinlah Tuhan Pemaaf

Satu lagi nisan di kompleks makam bersejarah Punge Blang Cut adalah milik seorang pembesar kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16 M. Ia adalah perdana menteri. Inskripsi pada nisannya tertulis:

هذا نسان الوزير المكرم
المؤيد المحسبي مرمز
المخاطب باواعكنه
سر مهاراج تن حسن بن تن
الداراو (؟ بن كرمة بنت
اباتب (؟ أعزه الله في
المجد ... )؟ وفي بيت
السلالة الافضلان (؟
في زمن سلطان علاء
الدين رعاية شاه سنة ألف من
هجرة النبوية عليه أفضل
الصلاة وأزكى التحية

Terjemahan:
Ini nisan (makam) perdana menteri yang mulia
yang kuat lagi terhormat (rela berkorban), yang melambangkan
tutur bicaranya dengan berbagai pertempuran (khotbahnya bukan kata-kata tapi berbagai pertempuran yang diikutinya)
Seri Maharaja Tun Hasan bin Tun
Darawa (?) bin Kurmah binti Abatab (?), Allah telah memuliakannya dalam
meraih kemenangan.. dan dalam rumah
keturunan yang utama
dalam masa Sultan 'Alauddin
Ri'ayat Syah tahun 1000 dari
hijrah Nabi ke atas beliau seutama-utama
shalawat dan seharum-harum salam


Begitulah pendahulu. Mereka telah membawa untuk negeri ini kemegahan dan kewibawaan yang masih kita warisi sampai dengan hari ini, Tapi orang yang terhormat (al-hasib) bukanlah saja karena mewarisi darah orang yang baik, tapi adalah orang yang juga melakukan banyak kebaikan.

Setengah hari di ribaan masa lalu tentu akan sangat bermakna.

Gambar: Peserta kegiatan Meuseuraya sedang mengangkat nisan makam Al-Wazir (Perdana Menteri) Seri Maharaja Tun Hasan (wafat 1000 H/1592 M) yang telah terguling untuk sekian lama.