Bukti Hubungan Erat Antara Bandar Aceh Darussalam Dengan Karachi Pakistan

Konon, orang-orang dari suku Baluch dari Balochistan dan Makran pergi mendiami satu daerah di tepi Laut Arab, barat daya Pakistan, dan membangun satu perkampungan nelayan kecil di sana. Mereka menamakannya dengan Balochi. Dari nama itulah diduga nama Karachi berasal, dan salah satu nama kuno lainnya untuk Karachi adalah Kurrachee.
Karachi yang terletak di tepi barat delta sungai Indus adalah kota terbesar di Pakistan dan bahkan terhitung dalam kota-kota terbesar di Dunia. Kota yang merupakan ibukota Provinsi Sindh, Pakistan, ini juga merupakan salah satu kota kuno, pernah menjadi pusat pemerintahan dan peradaban kuno, sekaligus menjadi tujuan migrasi dari berbagai tempat di dunia lantaran merupakan pelabuhan dan dermaga penting di Laut Arab. Dengan keletakannya di seberang Kesultanan Oman, maka Karachi dan Oman secara bersamaan menjadi dua titik tembus Teluk Arab (Teluk Persia) menuju Samudera India.
Karachi, 1906 (Sumber: Wikipedia)
Orang-orang Arab dan Muslim telah mengenal Karachi sejak tahun 112 H ketika Panglima Muslimin Muhammad bin Al-Qasim melakukan perjalanan ke pantai-pantai Negeri Sindh untuk mengamankan perdagangan Muslim di sana. Muhammad bin Al-Qasim menetap di sana bersama bala tentaranya dan membangun satu perkampungan di pelabuhan dekat dengan Karachi sekarang. Pelabuhan itu sampai dengan hari ini masih disebut dengan pelabuhan Muhammad bin Al-Qasim.
Islam berkembang pesat di Karachi sejak permulaan abad ke-5 H (ke-11 M) pada zaman Dinasti Ghazni (Ghanawiyyah), dan seiring perjalanan waktu, Karachi pun kemudian menjadi pusat perdagangan yang ramai di tepi Laut Arab.
Dalam surat dari Jamaah Haji Aceh kepada Daulah Utsmaniyyah di tahun 1289 H/1872 M—surat ini berikut terjemahannya telah disiarkan dalam kiriman bertajuk “Protes Jamaah Haji Aceh terhadap Perlakuan Belanda”—terungkap beberapa nama tokoh yang saya yakini adalah orang-orang berasal dari Karachi. Mereka telah lama menetap dan menjadi tokoh di Aceh Bandar Darussalam. Diketahui tokoh-tokoh tersebut berasal dari Karachi ialah karena nisbah di belakang nama yang tertera pada cap mereka bertulis “Karatsyi” atau mungkin bacaan yang lebih tepatnya “Kurrasyi”—Kurrachee sebagaimana telah disebutkan merupakan salah satu nama kuno dari Karachi, sementara nama Karachi pertama sekali dipakai oleh Belanda pada 1742.
Cap pada surat yang dikirimkan jamaah haji Aceh kepada Daulah Utsmaniyyah tahun 1289 H/1872 M
Beberapa tokoh di antara orang-orang Kurrasyi ini bergelar “mu’allim”, yang tentu maksudnya adalah pelayar atau navigator. Antara lain: Mu’allim Ghanla Kurrasyi (cap 1289 H), Mu’allim Ibrahim Kurrasyi, Mu’allim Fabbah (?) Kurrasyi (cap 1288 H), Mu’allim Batu (?) Abshar Kurrasyi (cap 1289 H), dan Mu’allim Batua Kurrasyi. 
Muncul nama-nama ini dalam surat tersebut membuktikan adanya suatu hubungan yang erat antara Aceh Bandar Darussalam dan Karachi yang pernah menjadi ibukota Pakistan sebelum dipindahkan ke Islamabad pada 1960.

Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Mapesa)