Dari Jarak Dekat

Jauh dan dekat tentulah membuat perbedaan. Jauh tidak akurat, dekat lebih akurat

Terkadang, perbedaannya justru sangat besar. Jauh membuat ketidakpedulian, dan suatu kerugian besar kemudian apabila yang tidak terpeduli itu hakikatnya adalah sesuatu yang teramat penting bagi perjalanan hidup kita hari ini dan masa depan. Sebaliknya, dekat melahirkan suatu ketertarikan, keterpikatan. Dan alangkah bahagianya ketika ketertarikan ini menciptakan banyak perubahan yang baik pada diri kita; memberikan kita suatu kearifan, mengilhami kita akan sudut pandang yang baru, dan malah menentukan bagi hidup kita sebuah misi atau risalah yang mesti diemban.

Bagian Inskripsi. Situs Maharaja Gurah.
Foto: Musafir Zaman

Kehidupan yang memiliki misi itulah kejelasan hidup. Sebab alangkah menyedihkan apabila kita harus menjalani kehidupan seperti Sisyphus dalam "The Myth of Sisyphus" oleh Albert Camus. Naik turun, berputar-putar, tanpa kita tahu apa yang semestinya kita cari dalam dunia ini. Bijaklah sekali ungkapan dari masa lalu yang terpahat pada batu-batu nisan Aceh yang mengingatkan bahwa "Ad-Dunya sa'ah faj'alha tha'ah", dunia itu sementara, maka jadikanlah dia untuk pengabdian dan taat kepaa Yang Maha Pencipta.


Dekat, di keadaan yang lain, justru membuat hal yang lebih besar dari itu. Dari ketertarikan atau keterpikatan menuju kecintaan kemudian "fana"--meminjam istilah kaum sufi. Fana adalah hanyut dalam kerinduan dan tenggelam dalam kecintaan. Pada tingkat ini, janganlah tanyakan lagi pada si pemilik kefanaan ini, apa untung-ruginya yang dia lakukan itu? Sebab, pastilah jawabannya adalah cinta. Cinta yang tidak dapat dimengerti oleh mereka yang tidak memilikinya. Berapa banyak orang mengucapkan cinta, namun tidak mengerti akan hakikatnya!

Gambar-gambar dalam Album Dari Jarak Dekat ini, sebagaimana kembarannya Album Aceh dalam Dekapan Cinta, sesungguhnya adalah hasil pengembaraan dalam masa 10 tahun berada kembali di tanah air yang dicintai. Begitu banyak mutiara-mutiara terpendam di negeri ini, rahasia-rahasia zaman yang tersimpan dan belum terungkap. Sesungguhnya, tiadalah cukup umur untuk mengungkapnya. Maka album ini ditujukan untuk memperlihatkan mutiara-mutiara zaman itu dari dekat. Sesuatu yang menjadi harapan adalah dapat hendaknya muncul minat para pengkaji, terutama kalangan muda, untuk mempelajari lebih dalam dan membongkar makna-makna luhur yang terkandung di dalamnya. Sebab, yang baru dapat dilakukan sementara ini lebih bisa dikatakan sebagai usaha pengumpulan dan pelestarian lewat dokumentasi. Lain dari itu, perjalanan masih teramat panjang. 

Maka, bahan-bahan yang dikumpulkan ini akan diberikan cuma-cuma bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin mengkaji dan mempelajarinya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kemajuan kebudayaan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk keperluan ini, bagi para pencinta, tentu dapat menghubungi Adinda-adinda kami Mizuar Mahdi Al-Asyi, untuk bahan-bahan dari Aceh Darussalam, dan Khairul Syuhada untuk bahan-bahan dari Samudra Pasai. Semoga Allah menganugerahkan pertolongan, kemudahan serta ridha-Nya. (Mapesa/MS).
 
 
Situs Ulee Kareung Indra Puri.
Foto: Musafir Zaman
Pahatan Ayat Al-Kursiy.
Foto: Musafir Zaman
Situs Ulee Kareung Indra Puri.
Foto: Musafir Zaman



 
Bagian Inskripsi di situs Maharaja Gurah.
Foto: Musafir Zaman
Situs Maharaja Gurah.
Foto: Musafir Zaman


Situs Ulee Kareung Indra Puri.
Foto: Musafir Zaman
 
Inskripsi disitus Indra Puri.
Foto: Musasir Zaman
Inskripsi disitus Maharaja Gurah.
Foto: Musafir Zaman



Bagian patahan nisan yang memuat inskripsi.Situs Maharaja Gurah.
Foto: Musafir Zaman



Posting Komentar

0 Komentar