Trik dan Teknik Baca Nisan Aceh


Kata shahibul hikayat:
Syahdan, sungguhlah membaca tulisan pada batu bersurat bukan suatu perkara mustahil yang tiada mampu dilakukan oleh tiap-tiap orang. Sungguhlah para pendahulu yang mulia-mulia itu menulis pada batu nisan supaya adalah ia dapat dibaca oleh anak-cucu yang datang kemudian. Mereka menulisnya untuk sekalian kita.

Bermula inilah suatu fasal pada menyatakan syarat-syarat yang mula-mula sekali diperlukan oleh barangsiapa hendak membaca tulisan pada batu bersurat. Hendaklah


Pertama,
hendaklah ia ikhlash berbuat semata-mata karena suruh Allah dan Nabi-Nya Muhammad shallahu 'ailhi wa sallam.

Kedua,
hendaklah ia meneguhkan tekad dan memiliki kemauan yang keras untuk beroleh ianya akan segala hal yang baik dan mencapai maksud yang baik.

Ketiga,
terhindar ia daripada riya', ujub, takabbur dan segala penyakit hati.

Keempat,

hendaklah pakaiannya itu tawadhu' (kerendahan hati) dan sentiasa tawakkal kepada Allah Ta'ala.

 Kelima,
hendaklah ia datang berziarah kepada kubur-kubur yang berbatu nisan bersurat itu dengan memulainya dengan mengucap salam kepada ahlul kubur lalu tahmid dan shalawat kepada Nabi shallahu 'alaihi wa sallam dan mendoakan mereka yang dalam kubur-kubur itu semoga diampunkan Allah dan diberikan kasih sayangnya.

Keenam,
hendaklah ia duduk di depan batu nisan bersurat itu dengan tafakkur lalu memperhatikan dengan periksanya yang halus kepada tulisan-tulisan.

Ketujuh,
apabila ia telah menemukan tulisan-tulisan yang diambil ianya dari Al-Qur'an atau hadits atau kata-kata hikmah yang telah dia ketahui lagi hafal, maka hendaklah ia perhatikan dengan seksama huruf-hurufnya, sambungan-sambungannya, sebab dengan demikian, mudahlah baginya untuk memaklumi cara pemahat dalam membentuk sekalian huruf dan kalimat kalamnya.

Kedelapan,
apabila sudah ia tahu akan cara pemahat membentuk huruf dan kalimat kalamnya, barulah ia cuba memperhatikan dengan saksama tulisan-tulisan yang tiada ia tahu sebelumnya barang-barang apa yang tertulis pada batu bersurat itu.
Kesembilan,
hendaklah ia membiasakan diri atas yang demikian itu, Insya Allahu Ta'ala, akan diberi kemudahan baginya untuk membaca tulisan pada batu bersurat.

Kesepuluh,
hendaklah ia sentiasa bermaksud untuk menyampaikan barang-barang apa yang baik-baik yang telah ia ketahui itu kepada orang ramai supaya tersebarlah ilmu yang baik serta ibrah-ibrah yang baik pula bagi sekalian manusia.

Kesebelas, 
hendaklah ia bersyukur kepada Allah, tahmid dan shalawat sesudah usai itu sekaliannya. Intahal Kalam.


Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari komentar facebook Musafir Zaman di Group Facebook Mapesa)



Foto-foto saat penelitian dan pemetaan situs Kerajaan Lamuri di Desa Lamreh, Oktober 2014.

Posting Komentar

2 Komentar

Anonim mengatakan…
Alhamdulillah..wasshalatu wassalumu 'ala Rasulillah wa 'ala Alihi washahbihi wamawwalah..
Allahu Akbar...
ya Allah neubri beupanyang umu beusihat badan beumudah raseuki beumudah seugala hajat ke Teungku Musafir Zaman seureuta rakan sahbat keuluarga manbandum ya Allah.aamiin ya rabbal'alamiin..