Kata shahibul hikayat:
Syahdan,
sungguhlah membaca tulisan pada batu bersurat bukan suatu perkara mustahil yang
tiada mampu dilakukan oleh tiap-tiap orang. Sungguhlah para pendahulu yang
mulia-mulia itu menulis pada batu nisan supaya adalah ia dapat dibaca oleh
anak-cucu yang datang kemudian. Mereka menulisnya untuk sekalian kita.
Bermula inilah
suatu fasal pada menyatakan syarat-syarat yang mula-mula sekali diperlukan oleh
barangsiapa hendak membaca tulisan pada batu bersurat. Hendaklah
hendaklah ia ikhlash berbuat semata-mata
karena suruh Allah dan Nabi-Nya Muhammad shallahu 'ailhi wa sallam.
Kedua,
hendaklah ia
meneguhkan tekad dan memiliki kemauan yang keras untuk beroleh ianya akan
segala hal yang baik dan mencapai maksud yang baik.
Ketiga,
terhindar ia daripada riya',
ujub, takabbur dan segala penyakit hati.
Keempat,
Kelima,
hendaklah ia
datang berziarah kepada kubur-kubur yang berbatu nisan bersurat itu dengan
memulainya dengan mengucap salam kepada ahlul kubur lalu tahmid dan shalawat
kepada Nabi shallahu 'alaihi wa sallam dan mendoakan mereka yang dalam
kubur-kubur itu semoga diampunkan Allah dan diberikan kasih sayangnya.
Keenam,
hendaklah ia
duduk di depan batu nisan bersurat itu dengan tafakkur lalu memperhatikan
dengan periksanya yang halus kepada tulisan-tulisan.
apabila ia telah
menemukan tulisan-tulisan yang diambil ianya dari Al-Qur'an atau hadits atau
kata-kata hikmah yang telah dia ketahui lagi hafal, maka hendaklah ia
perhatikan dengan seksama huruf-hurufnya, sambungan-sambungannya, sebab dengan
demikian, mudahlah baginya untuk memaklumi cara pemahat dalam membentuk
sekalian huruf dan kalimat kalamnya.
Kedelapan,
apabila sudah ia
tahu akan cara pemahat membentuk huruf dan kalimat kalamnya, barulah ia cuba
memperhatikan dengan saksama tulisan-tulisan yang tiada ia tahu sebelumnya
barang-barang apa yang tertulis pada batu bersurat itu.
hendaklah ia
membiasakan diri atas yang demikian itu, Insya Allahu Ta'ala, akan diberi
kemudahan baginya untuk membaca tulisan pada batu bersurat.
Kesepuluh,
hendaklah ia
sentiasa bermaksud untuk menyampaikan barang-barang apa yang baik-baik yang
telah ia ketahui itu kepada orang ramai supaya tersebarlah ilmu yang baik serta
ibrah-ibrah yang baik pula bagi sekalian manusia.
Kesebelas,
hendaklah ia bersyukur kepada Allah, tahmid dan shalawat sesudah usai itu
sekaliannya. Intahal Kalam.
Oleh:
Musafir Zaman
Foto-foto
saat penelitian dan pemetaan situs Kerajaan Lamuri di Desa Lamreh, Oktober
2014.
Foto:
Glamour Pro
2 Komentar
Allahu Akbar...
ya Allah neubri beupanyang umu beusihat badan beumudah raseuki beumudah seugala hajat ke Teungku Musafir Zaman seureuta rakan sahbat keuluarga manbandum ya Allah.aamiin ya rabbal'alamiin..