Disampaikan Riak
Sebuah rasa seakan-akan menyeruak dari riak, menerobos ke
jantung dan seketika itu pula menikam, menghentikan apapun detak keceriaan.
Hilang nafsu bicara dalam detik itu juga. Diam meluap bagai air bah, mengarus,
menghanyutkan diri ke tepi perenungan. Di sanalah tampak suatu kenyataan yang
selamanya takkan pernah mungkin ditolak. Kenyataan yang segera melumpuhkan
berbagai bentuk kejemawaan diri, menampar sampai memar setiap rupa kecongkakan.
Kenyataan yang dengan teramat terang memperlihatkan betapa rapuh dan lemahnya
kehidupan duniawi.
Tim Mapesa menata kembali situs pemakaman zaman Bandar Aceh Darussalam yang telah terendam di gampong Lamdingin kecamatan Kuta Alam kota Banda Aceh. |
Di tempat itu, luas mintakat sepi melampaui batas pandang.
Sepi yang takkan pernah mampu ditaklukan selain dengan pematrian kesadaran dan
keyakinan akan kebesaran dan kemutlakan kasih sayang Ar-Rahman.
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Kalimat Tauhid, tasbih dan tahmid, serta berbagai peringatan
dan pesan mengisi setiap sudut spasial yang ditinggalkan oleh zamannya itu.
Dimediasi oleh ragam ukuran dan bentuk batu-batu nisan, kalimat-kalimat penanda
iman itu masih saja terdengar dikumandangkan. Begitu kuat dan membahana
gaungnya sehingga riak genangan air asin yang merendam kawasan itu pun seakan-akan
tahu untuk mengatakan bahwa negeri ini, seterpuruk apapun keadaannya, tetap
saja hanya akan menerima segala sesuatu yang memiliki tanda keimanan. Lain dari
itu, cepat atau lambat, tidak diragukan lagi pasti enyah.
Lalu, sekarang, siapa sebenarnya yang patut dikasihani?
Apakah mereka para pemilik kubur-kubur berbatu nisan indah yang hari ini
direndam pasang laut, atau siapakah lain?
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Memang, hari ini, kubur-kubur dan bekas tempat mereka hidup
telah digenangi pasang laut dan menjadi kolam-kolam ikan, tapi tentunya itu
tidak menggelisahkan mereka lagi. Mereka telah berbuat dan meninggalkan
berbagai rupa kebaikan. Sebelum datang masa pengabaian, pecerobohan dan
perusakan yang didalangi kebodohan, kecongkakan dan kemunduran, sesungguhnya
mereka telah meninggalkan tempat dan lingkungan hidup yang ideal untuk didiami.
Meninggalkan permukiman-permukiman yang mereka pilih dan bangun atas dasar
perhitungan-perhitungan ilmiah yang mereka kaji secara seksama. Mewariskan
ladang-ladang dan sawah-sawah yang sebagian besarnya masih dimanfaatkan sampai
hari ini. Mewariskan kelestarian lingkungan hidup seraya menitikberatkan
perhatian pada pola distribusi air dan pemanfaaat aliran-alirannya dalam rangka
pemenuhan berbagai hajat hidup dan juga mitigasi bencana.
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Maka siapakah sesungguhnya yang pantas untuk dikasihani?
Yang patut dikasihani, tidak lain, tentulah generasi bangkrut
yang jangankan mampu untuk membangun kebudayaan dan peradaban istimewa
sebagaimana para pendahulunya di zaman silam, untuk memahami dan menghargai
hasil kebudayaan dan peradaban masa lalunya saja tidak pernah berdaya, malah,
sama sekali tidak pernah terpanggil untuk memahami.
Terakhir, sembari mengelus dada yang memang telah retak pecah
isi dalamnya, baiklah mengutip kalimat-kalimat Abu Ath-Thayyib Ar-Rundiy (wafat
684 H) dalam "Duka Cita untuk Andalusia":
لكل شيءٍ إذا ما تم نقصانُ
فلا يُغرُّ بطيب العيش إنسانُ
هي الأمورُ كما شاهدتها دُولٌ
مَن سَرَّهُ زَمنٌ ساءَتهُ أزمانُ
وهذه الدار لا تُبقي على أحد
ولا يدوم على حالٍ لها شان
يُمزق الدهر حتمًا كل سابغةٍ
إذا نبت مشْرفيّاتٌ وخُرصانُ
"Segala sesuatu apabila telah sempurna pasti berkurang
Maka jangan sampai kenikmatan hidup memperdaya insan
Semuanya silih berganti sebagaimana yang telah kausaksikan
Satu zaman menyenangkan, lain-lain zaman menyengsarakan
Dunia ini tidak pernah dikekalkan untuk seseorang
Dan apapun yang penting takkan pula diabadikan
Waktu pasti menghancurkan setiap sesuatu yang telah sempurna
matang
Manakala pedang-pedang dan tombak-tombak telah
ditaringkan"
Komplek makam bersejarah di situs Meurah Budiman saat selesai ditata kembali oleh Tim Mapesa gampong Tibang kota Banda Aceh. |
Proses pengangkatan nisan yang terendam di area tambak warga gampong Tibang kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lampulo kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Nisan bersejarah di situs Diwai Makam gampong Lambaro Skep kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Situs bersejarah di gampong Lamdingin kota Banda Aceh. |
Bitai, 20 Sya'ban 1437 H
Oleh: Musafir Zaman.
Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di group Mapesa.
2 Komentar