Keuh Aceh Darussalam koleksi Masykur Syafruddin. |
Keuh adalah
mata uang yang dibuat dari timah atau kuningan. Orang Portugis menyebutnya
dengan Caxa, sedangkan Belanda menyebutnya Kasha. Nilainya: 1600 Keuh sama
dengan 1 Kupang (mata uang yang dibuat dari perak). 4 Kupang sama dengan 1
Deureuham (Dirham; mata uang emas).
Pada masa
Sultan Syamsul 'Alam (1723) juga telah ditempa mata uang dari seng (zink) yang
dinamakan dengan Keuh Cot Bada. Penamaan tersebut lantaran Keuh ini hanya
beredar di wilayah Cot Bada yang memiliki pasar yang ramai. Kurs Keuh Cot Bada:
140 Keuh sama dengan 1 Ringgit Spanyol.
Masa
berikutnya, yakni pada zaman Sultan 'Alauddin Ahmad Syah (1723-1725),
dikeluarkan pula pecahan mata uang timah yang juga dinamai dengan Keuh. Sultan
menetapkan 800 Keuh tersebut senilai dengan 1 Ringgit Spanyol, dan 1 Ringgit
Spanyol pada waktu itu senilai 4 Dirham. Dengan demikian, 1 Dirham sama dengan
200 Keuh.
Cetakan Keuh Bandar Aceh Darussalam koleksi Museum Nasional Indonesia No. Inv. 13658. |
Pembuatan
mata uang Keuh ini, menurut Sejarawan Rusdi Sufi, terus berlanjut sampai dengan
masa Sultan A'lauddin Mahmud Syah (1870-1874), menjelang perang Aceh melawan
Belanda. Namun, menurutnya, bentuk Keuh yang dikeluarkan oleh masing-masing
sultan bervariasi, tergantung nilainya terhadap Ringgit Spanyol (Aceh: Ringgeit
Meuriam). Pada kedua sisi Keuh ini terdapat tulisan (inskripsi). Satu sisi, tulisan
berbunyi: Bandar Aceh Darussalam, sedangkan pada sisi yang lain tampak tiga
figur seperti pedang yang dibaringkan dan di atasnya diberi beberapa buah
titik, dan memuat tahun pembuatannya.
Pembuatan
mata uang ini memakai tuangan berbahan tembaga atau batu. Acuan-acuan tersebut
terdiri atas dua buah balok kecil berukuran sama besar dengan sebuah saluran
terbuka di antara keduanya agar timah dapat mengalir ke dalam acuan.
Pembuatannya persis sama dengan cara pembuatan peluru-peluru timah pada masa
dulu.
Sumber:
Rusdi Sufi, "Mata Uang Kerajaan-Kerjaan di Aceh" dalam Pasai Kota
Pelabuhan Jalan Sutra, Penyunting: Susanto Zuhdi, Jakarta: Depdikbud, 1993, h.
96-103.
Catatan:
Bentuk yang
tampak seperti figur "pedang" pada salah satu sisi Keuh Bandar Aceh
Darussalam, hakikatnya, adalah inskripsi yang berbunyi: "Dhuriba fi",
yang berarti: "Dicetak di".
Secara
lengkap, kalimat pada Keuh Bandar Aceh Darussalam itu berbunyi:
1260 ضرب في بندر
أجه دار السلام
"1261
(atau angka tahun lainnya sesuai tahun penempaannya), telah dicetak di Bandar
Aceh Darussalam."
1260 ضرب في بندر أجه دار السلام |
Keuh dengan inskripsi yang belum dapat terbaca. Koleksi: Deddy Satria. |
Keuh dengan inskripsi : جوهن بردولة
(Johan Berdaulat). Koleksi: Deddy Satria. |
Keuh dengan inskrips yang belum dapat terbaca. Koleksi: Deddy Satria. |
Keuh dengan inskrips yang belum dapat terbaca. Koleksi: Deddy Satria. |
0 Komentar