![]() |
Nisan peninggalan Aceh Darussalan dari periode abad 16 masehi, di gampong Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh. |
Saya tidak punya perbendaharaan kata yang cukup untuk
mendeskripsikan model dan gaya kaligrafi ini. Saya juga tidak memiliki
kemampuan imajinasi yang memadai untuk menjangkau alam rasa dari seniman
pemahatnya. Satu hal yang dapat saya katakan: ini karya yang sangat istimewa
sebagaimana ribuan karya lainnya dari zaman Aceh Darussalam.
Dari satu karya ke lainnya, sampai ke sekian karya yang sudah
tak terhitung lagi oleh saya, tampak dengan terang bahwa Al-Khath Al-'Arabiy
(kaligrafi Arab) merupakan lapangan ekspresi seni yang sangat dinamis pada
zaman itu. Satu masa melahirkan sejumlah model. Satu model melahirkan sejumlah
gaya.
Para seniman telah mengisi masing-masing ruang dan waktu yang
mereka huni untuk meletakkan sidik jari, tanda, jejak, yang menunjukkan
keluhuran daya pikir dan kesuburan khayal yang mereka miliki. Mereka
"bertanding" untuk itu. Suatu hal yang bagi saya selalu
mencengangkan!
Kemudian, karena itu semua tidak akan pernah lepas
keterkaitannya dengan berbagai aspek kehidupan yang lain, maka dalam waktu yang
sama, itu juga telah menguras seluruh kemampuan pikir yang saya miliki dalam
ikhtiar untuk melihat bagaimanakah sesungguhnya kehidupan pada masa-masa itu;
zaman di mana Aceh Darussalam telah menanamkan suatu kenangan dalam ingatan
bangsa-bangsa lain sebagai sebuah negeri Islam yang jaya?!
Jujur saya katakan, bahwa saya hanya mampu melihat beberapa
bayangan yang melesat cepat dari berbagai tinggalan sejarah kehidupan zaman
itu. Sorot mata terlalu lemah untuk menangkap bayangan yang lebih utuh, apalagi
suatu gambaran yang lengkap. Mereka yang hidup di zaman silam itu seperti telah
meninggalkan kita sangat jauh!
Petakanya lagi, saya melihat lamat-lamat bahwa di antara kita
dan mereka seperti tidak punya hubungan sama sekali. Mereka seolah-olah berdiri
di bukit yang tinggi, sedangkan kita meringkuk di lembah yang dalam. Mereka
lain, dan kita lain. Mereka dengan kejayaan yang layak untuk mereka genggam.
Kita dengan keterbelakangan yang sudah syukur sekali jika masih bisa hidup.
Inilah keluhan saya. Keluhan yang hadir baru saja setelah
mengamati dalam-dalam dua "masterpiece" ini. Satunya, adalah Kalimat
Tauhid yang dipahat berulang-ulang, dan satunya lagi adalah bait-bait yang juga
dipahat berulang-ulang. Dan saya yakin, lewat dua karya ini, sebagaimana lewat
ribuan karya lainnya, mereka sedang mengutarakan tentang suatu rahasia, kiat,
untuk mencapai kejayaan, dan berharap kita tidak pernah ragu untuk itu.
Inskripsi (Gambar 1)
لا إله إلا الله محمد رسول الله
Inskripsi (Gambar 2)
ألا كل شيء ما خلا الله باطل
وكل نعيم لا محالة زائل
(Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah adalah kesia-siaan
Dan segala kenikmatan [di dunia] pasti akan sirna)
![]() |
لا إله إلا الله محمد رسول الله Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh. |
![]() |
ألا كل شيء ما خلا الله باطل
وكل نعيم لا محالة زائل.Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh |
Bitai, 13 Jumadil Akhir 1438
Dikutip dari group facebook Mapesa.
0 Komentar