Gairah dan Keindahan Pada Peninggalan Bersejarah di Peukan Bada

Gairah
Tidak sulit untuk menemukan keindahan pada karya cipta ini. Yang sulit adalah membedah waktu untuk menemukan apa yang tengah berlaku pada pencipta dan masyarakatnya saat karya ini "digubah". 
Sungguh saya belum punya jawaban yang terang untuk itu. 
Hanya saja, sesuatu yang amat saya yakini ialah bahwa Islam telah memberikan suatu gairah yang luar biasa besar kepada orang-orang yang sunguh-sunguh meyakininya. Tidak hanya di lapangan seni dan keindahan, tapi di merata lapangan kehidupan. Dari sana, hadirlah karya-karya yang bersinar sepanjang zaman, peristiwa-peristiwa yang menginspirasi dan mengajarkan, tokoh-tokoh yang diteladani serta dikenang. 
Gairah itu tak ubahnya tetesan-tetesan air yang membuat kembang mekar merekah. Ya, gairah itu semisal hujan pembawa kesuburan.
Gairah itu sesungguhnya telah memperbaharui wajah Dunia, menjadikannya hidup, segar dan penuh warna. Ya, karena itu pula, gairah ini telah ditiru sekalipun oleh orang-orang yang tidak meyakini Islam. Namun walau bagaimanapun, tiruan tidak akan pernah sama persis asli. Tiruan memiliki kepincangan-kepincangan yang pada gilirannya melahirkan penyimpangan. Asli adalah sebuah kemurnian dan keterpaduan yang solid. 

Gairah ini, yakni yang aslinya, yang diberikan oleh Islam, tentu mustahil diperoleh dengan hanya semata-mata memiliki KTP bertulis, "Agama: Islam". Pasti, tidak! Untuk mendapatkannya mesti mendekat ke sumbernya, mendekap sumbernya dengan erat, "menggigitnya dengan gigi geraham", sebagaimana sabda Seutama-utama makhluk sekaliannya, 'Alaihi Afdhalus Shalati was Salam. 
Jalan menuju sumber gairah itu senantiasa terbuka lebar. Para penuntun dan pemandu pun selalu hadir di sepanjang jalan dan di setiap persimpangan. Tinggal lagi, mujahadah. "Dan orang-orang yang bermujahadah (berjuang) di jalan Kami, sungguh akan kami tunjukkan kepada mereka Jalan-jalan Kami (lihat Al-'Ankabut: 69).
Dan adalah suatu berkah yang tiada ternilai harganya ketika para pendahulu yang hidup di tanah ujung Sumatra ini telah memberikan keteladanan yang pantas diikuti dalam mujahadah. Mujahadah yang menghasilkan gairah, yang untuk kemudian melahirkan sekian banyak kebaikan dan keindahan.
Secuil di antara keindahan yang dilahirkan oleh gairah itu, hari ini, masih dapat disaksikan di Gampong Lamtutui, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
MAPESA sedang ber-meuseuraya di gampong tersebut dalam pekan-pekan ini, dan seperti biasa, itu adalah dalam rangka memanggungkan kembali berbagai hasil dari gairah yang pernah memuncak di zaman silam tanah negeri ini, Aceh Darussalam Al-Mahrusah.
Setiap orang tentu diperbolehkan untuk menyaksikannya, bahkan tenaga dan apapun partisipasi dalam kerja meuseuraya dijamin tidak akan sia-sia. "Dan sesungguhnya Allah pasti bersama orang-orang yang berbuat kebajikan." (Al-'Ankabut: 69)
Kuta Malaka, 7 Rabi'ul Awal 1439

Dikutip dari group facebook Mapesa.


Posting Komentar

0 Komentar