Sultan 'Ali Mughayat Syah

Makam Sultan 'Ali Mugahat Syah wafat 936 H (1530 M).
Situs Makam Baiturijal, gampong Baru kecamatan Baiturrahman kota Banda Aceh.

Sultan ‘Ali Mughayat Syah-Rahimahu-Llah adalah pemimpin Ummah dan pelopor kebangkitan Aceh Darussalam dengan sebenarnya. Setelah menyumbangkan seluruh hidupnya untuk Agama Allah, bangsa dan ummahnya, ia kembali ke Rahmatu-Llah pada malam Ahad 12 Dzulhijjah 936 Hijriah (6 Agustus 1530). Semangat jihad dan cita-citanya kemudian dilanjutkan oleh para pewarisnya sehingga pengaruh Aceh Darussalam di kawasan Asia Tenggara benar-benar nyata sejak masa itu.
***
Oleh karena kepustakaan sejarah Aceh yang menjadi acuan para penulis sejarah dalam abad ke-20 secara umum merupakan laporan-laporan, karangan-karangan serta naskah-naskah manuskrip yang diterbitkan oleh orang-orang Eropa dalam kurun zaman imperialisme bangsa-bangsa Barat di Asia Tenggara, maka sosok pemimpin Ummah dan pahlawan Islam ini adalah di antara tokoh-tokoh sejarah Islam yang tidak memperoleh tempat yang sepatutnya dalam ruang ingatan generasi hari ini, kabur dan terabaikan. Bahkan, berbagai fitnah dan hasutan tampak telah dilancarkan dalam beberapa bentuk karya tulis untuk menjatuhkan citra dan wibawa pemimpin besar ini.
Bagian halaman "Tuhfah al-Mujâhidîn fî Akhbâr al-Burtughâliyyîn”
Karangan Syaikh
Ahmad Zainuddin Asy-Syafi'iy Al-Malibariy (w. 1579)
yang menceritakan tentang kisah heroik Sultan 'Ali al-Asyi.

Namun demikian, sebuah catatan terpercaya bernilai emas tentang pemimpin ini telah ditulis oleh seorang ulama besar Dunia Islam dalam abad ke-10 Hijriah (ke-16 Masehi). Ulama tersebut ialah Syaikh Ahmad Zainuddin Asy-Syafi'iy Al-Malibariy (Al-Makhdum Ash-Shaghir) dari Kerala (wilayah di selatan India), murid Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy, dan pengarang Fathul Mu'in yang terkenal. Dalam karya sejarah bertajuk Tuhfatul Mujahidin fi Ba'dhi Akhbar Al-Burtukaliyyin (Koleksi Tandon bagi Para Mujahidin tentang Berita Orang-orang Portugis), Syaikh Zainuddin Al-Malibariy yang wafat 1579 menulis:
"... Dan mereka (orang-orang Potugis)-semoga Allah mengalahkan mereka-mendatangkan berbagai barang dari negeri-negeri yang jauh. Mereka menjadi ramai dan bertambah banyak di berbagai kawasan. Para penguasa berbagai pelabuhan menuruti kehendak mereka sehingga mereka sepenuhnya memegang tali kendali atas pelabuhan-pelabuhan tersebut. Pelayaran hanya dapat dilakukan dengan jaminan keamanan dari mereka. Perdagangan dan kapal-kapal mereka bertambah banyak, dan sebaliknya, perdagangan Muslimin di luar kapal-kapal dan benteng-benteng yang mereka bangun semakin merosot. Tidak ada seorang pun yang dapat merebut kota-kota pelabuhan itu selain Sultan yang mujahid, 'Ali Al-Asyi (dari Aceh), semoga Allah menerangi kuburnya. Dialah yang telah menaklukkan Sumatra dan menjadikannya sebagai negeri Islam, semoga Allah membalas kebaikannya kepada Muslimin dengan sebaik-baik balasan..."
Sepak terjang pemimpin dan pahlawan Islam ini, dengan demikian, telah terdengar sampai jauh ke Asia Daratan dan telah terekam dengan baik dalam salah satu karya sejarah terpenting dalam abad ke-10 Hijriah (ke-16 Masehi).
Keluhuran dan keberanian Sultan 'Ali Mughayat Syah juga dicatat pada nisan makamnya yang berada di kompleks pemakaman Kesultanan Aceh Darussalam, Baitur Rijal, di Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
Dalam catatan atau inskripsi yang berasal dari abad ke-10 Hijriah (ke-16 Masehi) itu, ia juga disebut sebagai Al-Ghaziy fil Barri wal Bahri (yang berperang/penakluk di darat dan di laut, dan Allah memenangkannya). Sebuah catatan yang dengan terang menggambarkan kekuatan militer armada laut Aceh Darussalam pada masa Sultan 'Ali Mughayat Syah.

Nisan kaki Sultan 'Ali Mugahat Syah wafat 936 H (1530 M).
Situs Makam Baiturijal, gampong Baru kecamatan Baiturrahman kota Banda Aceh.

Inskripsi pada nisan makamnya secara lengkap berbunyi:
هذا القبر المغفور المرحوم الراجي إلى رحمة الله المطيع لأوامر الله الغازي في البر والبحر ينصره الله الباذل لعباد الله ألا وهو السلطان علي مغاية شاه سقى الله ثراه وجعل الجنة مأواه توفي ليلة الأحد ثاني عشر من شهر الله الحرام ذي الحجة ختمه الله لنا ولكم بالخير والمنة سنة ست وثلاثين وتسعمائة من الهجرة النبوية المصطفية المكية المدانية الأبطحية منه إليها عليه أفضل الصلوات وأكمل التحيات
Inilah kubur orang yang diampuni lagi dirahmati, seorang yang selalu berharap kepada kasih-sayang Allah, yang tunduk patuh terhadap seluruh perintah Allah, yang berperang di darat dan di laut dan Allah memenangkannya, yang menghabiskan segala daya upayanya bagi [kebaikan] hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa dialah Sultan ‘Ali Mughayah Syah, semoga Allah menyiramkan [rahmat-Nya] ke atas pusaranya dan menjadikan syurga tempat kembalinya. Wafat pada malam Ahad dua belas dari bulan Allah yang haram, Dzulhijjah, semoga Allah menutupnya bagi kami dan Anda dengan kebaikan dan anugerah, tahun sembilan ratus tiga puluh enam sejak hijrah Nabi pilihan, Makkah-Madinah yang luas, dari yang pertama [Makkah] menuju yang kedua [Madinah], ke atas beliau seutama-utama shalawat dan sesempurna-sempurna tahiyyah (salam).”

*) Materi ini dipamerkan di stan Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang 2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa
Dikutip dari group Mapesa.

Posting Komentar

0 Komentar