Tinggalan Sejarah yang Menghubungkan


Inskripsi (ukiran tulisan) pada badan makam yang tampak dalam gambar ini, jika dibaca secara berurut mulai baris atas sampai bawah, maka bunyi dan susunannya adalah sebagai berikut ini:
  1. بسم الله الرحمن الرحيم
  2. إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ 
  3. فَتْحاً مُّبِيناً لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ 
  4. مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ 
  5. نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً 
  6. وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْراً عَزِيزاً هُوَ 
  7. الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ 
  8. فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ 

(الفتح: 1-4)

Terjemahan:
  1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
  2. Sungguh, Kami telah Memberikan kepadamu
  3. kemenangan yang nyata. Agar Allah Memberikan ampunan kepadamu
  4. atas dosamu yang lalu dan yang akan datang, serta Menyempurnakan
  5. nikmat-Nya atasmu dan Menunjukimu ke jalan yang lurus,
  6. dan agar Allah Menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dia-lah
  7. yang telah Menurunkan ketenangan
  8. ke dalam hati orang-orang Mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).
(Al-Qur’an surat Al-Fath: 1-4)

Kubur di mana ayat-ayat permulaan surat Al-Fath ini dipahat adalah kubur yang berada di antara kubur Almarhum Sultan 'Alauddin Ri'ayah Syah bin 'Ali Mughayah Syah (wafat pada hari Jum'at setelah Shubuh, 8 Jumadil Awal 979 hijriah/28 September 1571 masehi) dan makam Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah bin 'Ala'uddin Ria'yah Syah (wafat pada hari Senin, 12 Rabi'ul Akhir 987 hijriah/7 Juni 1579 masehi). Semua kubur itu berada di kompleks makam kesultanan Aceh Darussalam yang menurut tradisi tutur disebut dengan Baitur Rijal (rumah para lelaki/pemberani). Baitur Rijal sampai dengan hari ini masih berada di jantung Kota Banda Aceh yang di masa lampaunya lebih dikenal sebagai Bandar Aceh Darussalam (bandar: kota pelabuhan).

Ukiran ayat-ayat Al-Qur'an, 1-4 dalam surah Al-Fath, pada badan makam tersebut merupakan suatu hal yang sangat istimewa.

Ayat-ayat itu telah terpahat di sana berabad-abad lampau. Terpahat pada masa orang-orang yang pastinya tidak pernah dekat dengan kita secara fisik, bahkan tidak pun kita dapat membayangkan bagaimana roman mereka. Tetapi, ayat-ayat itu adalah juga ayat-ayat yang kita baca hari ini dan untuk selamanya tanpa berkurang atau berubah satu huruf pun.

Mereka membacanya, dan kita juga membacanya. Dari sisi rentang waktu, mereka memang jauh, namun dari sisi batin dan pikiran, seharusnya kita sangat dekat dengan mereka disebabkan oleh 'Bacaan Mulia lagi Abadi' yang sama. Antara kita dan mereka dengan demikian terhubung.

Inilah, kiranya, di antara hal yang membuat ukiran indah ayat-ayat Al-Qur'an pada kubur itu menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Karya seni Islam peninggalan sejarah itu telah menghubungkan, serta menghapus rentang waktu yang memisahkan, di antara kita dan para pendahulu.[]

Posting Komentar

0 Komentar