Kajian Singkat Naskah Sulaiman Al-Mahri (Wafat pasca 917 H/1511: 950 H/1543 M atau 961 H/1561 M), tentang Bandar Syumuthrah (Sumatra)
Judul: Instructions nautiques et routiers Arabes et Portugais des XVe et XVIe siècle : reproduits, traduits et annotésPublisher: Paris, Geuthner
Collection: robarts; toronto
Digitizing: sponsor University of Toronto
Contributor: Robarts - University of Toronto
Download di archive.org URL: https://archive.org/details/instructionsnaut02ferruoft/page/189
Sumber: https://archive.org/details/instructionsnaut02ferruoft/page/189 |
SULAIMAN Al-Mahri dijuluk Mu’allimul Bahr (Navigator
Kelautan), seorang nakhoda dan astronom Muslim yang telah memantapkan
kaidah-kaidah pelayaran dan undang-undang kelautan, bahkan merupakan salah seorang
pelopor dan tokoh penting di dunia pelayaran maritim. Penyusun Al-A’lam,
Az-Zirikliy, menyebutnya sebagai murid Ahmad bin Majid (ca. 836 H-923
H/1432-1517 M), tokoh sezaman Al-Mahriy yang dalam sejarah pelayaran Islam
dijuluk Asad Al-Bahr (Sang Singa Lautan).
Syaikh Sulaiman bin Ahmad bin Sulaiman Al-Mahriy berasal
dari kabilah Mahrah bin Haidan yang bermukim di Kota Syihr, sebuah kota di pantai
selatan Hadramaut, Yaman. Syihr merupakan salah satu pusat pendidikan penting
di Jazirah Arab, dan penduduknya terkenal dengan pelayaran maritim. Di sana, ia
menimba ilmu pengetahuan dan berprestasi tinggi, khususnya, di bidang astronomi
dan pelayaran.
Az-Zirikliy menyebutkan bahwa Al-Mahriy tinggal di Suquthra
(Socotra), sebuah pulau Yaman di Samudera India. Sebagai kapten kapal
(nakhoda), ia telah menjelajah di sepanjang pantai Afrika Timur, India dan
kepulauan Asia Tenggara, serta mendeskripsikan rute pelayaran di Samudera India.
Pemikiran dan pengalamannya di dunia kelautan kemudian ditumpahkan dalam
karya-karyanya pada 917 H/1511 M, terutama, dalam dua karyanya yang paling penting:
العمدة المهرية في ضبط العلوم البحرية
(Pedoman Al-Mahriy dalam Verifikasi Pengetahuan Kelautan)
المنهاج الفاخر في علم البحر الزاخر
(Kurikulum Elegan tentang Ilmu Kelautan yang Luas)
Kedua naskah karya tersebut tersimpan di Bibliothèque Nationale (Perpustakaan
Nasional), Paris, dan baru terungkap pada 1912. Naskah karya yang pertama sudah
tersimpan sejak abad ke-18, sedangkan naskah karya yang kedua, dibeli oleh
Perpustakan dari Sulaiman Al-Jaza’iriy, seorang profesor Arab tinggal di
Perancis, pada 1860. Naskah-naskah itu kemudian telah direproduksi,
diterjemahkan serta dikomentari oleh Gabriel Ferrand, orientalis Perancis yang
meminati sejarah pelayaran di Samudera India dan Timur Jauh, dan diterbitkan
pada 1925 dengan judul: Instructions nautiques et routiers Arabes et Portugais
des XVe et XVIe siècle. Namun begitu, publikasi Ferrand tersebut masih sangat perlu
kepada pemeriksaan dan peninjauan ulang.
Dalam Al-‘Umdah Al-Mahriyyah, Al-Mahriy berbicara
antara lain tentang perbintangan (astronomi) serta berbagai kaitannya dengan
pelayaran, rute-rute laut yang berada di Negeri-negeri Atas Angin dan Bawah
Angin, Angin Musim di Samudera India, jalur-jalur laut serta tempat-tempat
berbahaya yang perlu dihindari oleh para pelaut.
Sementara dalam Al-Minhaj Al-Fakhir, Sulaiman
Al-Mahriy memaparkan deskripsi tentang berbagai wilayah pesisir kontinental di sekitar
Samudera India, pelabuhan-pelabuhan serta pulau-pulau besar yang terkenal dan
ramai, jarak antara negeri-negeri Arab dan pantai-pantai di semenanjung dan
kepulauan India.
Lewat karya Al-Mahriy pula diketahui bahwa nama Syumuthrah
(Sumatra) di sekitar penghujung abad ke-15 dan permulaan abad ke-16 telah
digunakan untuk menyebut nama pulau selain ia merupakan nama bandar (kota
pelabuhan) terkemuka yang terletak di utara. Hal ini telah dikonfirmasi pula
oleh penulis Portugis, Tome Pires, dalam Suma Oriental yang disusunnya antara
1512-1515.
Dalam Al-‘Umdah Al-Bahriyyah; Bab III: mengenai pengetahuan
tentang negeri-negeri di atas angin dan bawah angin; Subbab: pengetahuan tentang Pulau Sumatra
(Gambar Kanan; f. 28), Al-Mahriy menerangkan keletakan astronomis Pulau Sumatra
yang daratannya dimulai dari Lamuri di utara dan berakhir di bagian selatannya di
Tiku T-r-m-d (?), menurut satu pendapat. Ia juga menjelaskan keletakan astronomis
pulau-pulau kecil di sekitar Sumatra. Sementara bandar-bandar terkenal di Pulau
Sumatra yang disebutnya antara lain Bandar Syumuthrah (Sumatra), Bandar
Mandurah (?) dekat Lamuri, Bandar Fanshur, Bandar Manaqbuh (Minangkabau),
Bandar Falibang (Palembang).
Sementara
dalam Al-Minhaj Al-Fakhir, Fashl fi Ma’rifati Jazirati Syumuthrah
(Pasal: pengetahuan tentang Pulau
Sumatra), Al-Mahriy antara lain mencatat (Gambar Kiri; f. 79):
بندر شمطره وهو أشهر بنادرها وهي بلدة كبيرة وهي بندر الفلفل والحرير والذهب وهو بندر معمور بندر عاروه وهو بندر صغير بندر ركن وهو بندر صغير بندر فلي بنج وهو أيضا بندر صغير وهؤلاء البنادر الصغار منهم بنادر الجاوي وغيره من تلك النواحي
“Bandar Syumuthrah (Sumatra). Ini merupakan bandar (kota pelabuhan) yang paling terkenal, sebuah kota besar, dan pelabuhan perdagangan lada, sutra dan emas, dan sangat ramai. Bandar ‘Aruh (Aru), ini bandar kecil; Bandar Rokan, bandar kecil; dan Bandar Palembang, juga bandar kecil; itu semua bandar kecil, termasuk di antaranya bandar-bandar Jawa dan lainnya di wilayah-wilayah itu.”
[] Oleh: Tim Peneliti Aceh Darussalam Academy, Pengurus Mapesa Aceh, Center for Information of Sumatra-Pasai Heritage, Pelisa
Artikel ini disediakan online kepada publik, Sabtu, 20 Juli 2019, melalui Fanpage Facebook Aceh Darussalam Academy
Sumber: https://archive.org/details/instructionsnaut02ferruoft/page/151 |
Sumber: https://archive.org/details/instructionsnaut02ferruoft/page/150 |
Sumber: https://archive.org/details/instructionsnaut02ferruoft/page/253 |
0 Komentar