Ketika di depan mata tiada apapun gambar!



[Ketika di depan mata tiada apapun gambar!]

Berhati-hatilah dengan pendahulu! Terakhir kali kita melihat mereka bertahan dalam perang frontal selama 40 tahun lebih.

Daya resistansi pada tingkat seperti itu biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang cerdik level tinggi; penemu, pencipta, seniman yang lahir sebagai buah dari pohon keyakinan dan keimanan.

Orang-orang di level itu, memuji mereka tidak akan pernah menggembirakan mereka. Menyambung dan meneruskan mereka itulah dambaan dan hal yang diperkenankan, terutama di antaranya, dari sisi tingkat daya pikir yang mesti dimiliki.

Daya pikir tinggi menyumbang bagi peradaban lewat berbagai karya ciptanya serta menawarkan solusi dan jalan keluar bagi berbagai persoalan. Daya pikir rendah tidak menyumbang apapun; hanya bernafsu memiliki produk-produk menyenangkan dari berbagai karya cipta sambil terus menambah banyak persoalan.

Daya pikir rendah, karena itu, tidak akan mampu menangkap hal-hal yang terbit dari daya pikir tinggi. Keterputusan di antara keduanya berada pada jarak yang tidak mungkin didekatkan dengan kompromi. Terkait sejarah, ini adalah salah satu penyebab utama distorsi, di mana dalam narasinya, daya pikir rendah akan menyimpangkan sejarah para pemilik daya pikir tinggi yang tidak mampu dipahaminya. Lahirlah kemudian berbagai kesesatan yang segera dilanjutkan oleh penyesatan sebagaimana tabiat daya pikir rendah. Seterusnya sebagaimana telah dikatakan, daya pikir rendah hanya akan menambah banyak persoalan dan kacau balau.

Penyejajaran tingkat ketinggian daya pikir, dari itu, mesti terlebih dahulu dilakukan sebelum berhadapan dengan segala sesuatu yang terbit dari para penyumbang bagi peradaban, yang memiliki daya pikir tinggi. Jika tidak, portal sejarah yang dibuka, akan tidak lebih dari comberan yang meluap dengan berbagai keterbelakangan, kebodohan, dan terkadang "kegilaan" dalam berbagai bentuk rupa.

Pendidikan semestinya berkonsentrasi pada menciptakan daya pikir tinggi itu, bukan pada mengiming-imingkan peluang kerja. Begitu pula dengan formula pendidikan, khususnya di Aceh, yang harus disemai serta ditumbuhkan kembali dari akar peradabannya. [Tapi, sayang, di depan mata tiada apapun gambar yang menampilkan pose kita akan melangkah ke arah tersebut!]

Posting Komentar

0 Komentar