Manik Manik Sumatra Pasai di Bekas Kota Islam Ternama di Asia Tenggara |...



Kawasan situs Sumatra-Pasai lazim dikenal dengan Samudra Pasai adalah salah satu kawasan paling bersejarah di Aceh, yang berlimpah peninggalan sejarah Islam. Kawasan intinya yang terletak di Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, hari ini, merupakan bekas sebuah kota Islam ternama di Asia Tenggara; Dan merupakan pusat pemerintahan Daulah Shalihiyyah, sebuah dinasti Islam yang telah membentangkan pengaruhnya ke kawasan yang luas di Asia Tenggara, dalam abad ke-13 sampai abad ke-16. Kota ini telah meninggalkan sangat banyak jejak bagi keberadaannya yang berumur panjang di masa silam. Ragam artefak, satu sama lainnya, saling membangun gambaran kehidupan bergairah di masa lalu yang jauh itu. Manik-manik Sumatra Pasai salah satu di antaranya, dan yang terpendam tanpa cahaya yang menyorotinya. Manik-manik, sebagai benda perhiasan maupun lainnya, telah menempati masa yang sangat kuno dalam sejarah manusia. Menurut literatur Etnoarkeologi, benda ini telah hadir dalam kehidupan manusia sejak zaman pra-sejarah. Benda yang dalam Bahasa Inggris disebut beads atau dalam Bahasa Arab,kharaz, dapat ditakrifkan sebagai benda hiasan kecil yang dilubangi untuk diuntai atau dirangkai. Manik dalam Bahasa Jawiy tampaknya berasal dari Bahasa Gujarati: Maṇakō. Manik-manik dibuat dari berbagai macam bahan: batuan, kaca, batu permata, moluska serta lainnya, dan dibuat dalam berbagai bentuk, warna, pola hias, serta ukuran. Sebagai benda perhiasan serta objek keindahan yang memancarkan daya pikat tertentu, manik-manik telah merangsang daya cipta serta upaya untuk menghasilkan berbagai rupa wujud keindahan. Manik-manik kuno, merupakan benda kebudayaan yang dapat memberitahukan “the man behind artifacts”; dan ikut menginformasikan sejarah gagasan, apreasiasi seni, teknologi, industri, perdagangan, permukiman, dan bahkan berbagai keyakinan tradisional. Lain itu, benda ini juga memiliki aspek-aspek geologis, geografis, serta antropologis-sosiologis yang dapat dicermati dalam rangka memperluas pengetahuan tentang masa lalu. Namun sayang, di Aceh, objek-objek Etnoarkeologis semisal ini belum memperoleh perhatian yang serius. Bahkan, kehadirannya di rumah-rumah edukasi publik yang resmi hampir mutlak nihil. “Kebaruan arkeologi di negara ini dan perlunya menyalurkan sumber daya ekonomi ke dalam pembangunan, yang meninggalkan ilmu-ilmu antropologis dengan dana yang sangat sedikit!” sindir Peter Francis, Jr., dalam artikelnya Beads in Indonesia di tahun 1991. Sebuah sindiran yang ternyata tidak pernah berhasil menghancurkan bebal dan keterbelakangan! Di tengah abstainnya perhatian pihak pemerintah dan akademisi, manik-manik Sumatra-Pasai telah lama ditemukan serta dikoleksi oleh masyarakat umum. Tidak jarang pula ini menjadi barang yang diperjualbelikan lantaran batu mulia dan keelokannya. Sejauh ini, manik-manik yang dibuat dari bahan batu mulia, kaca dan tanah liat (terakota), telah dikonfirmasikan sebagai manik-manik yang umum ditemukan di kawasan situs Sumatra-Pasai. Manik-manik itu telah ditemukan dalam ragam bentuk dan warna. Manik-manik batu mulia yang ditemukan antara lain meliputi karnelian, garnet, kuarsa (amethyst)dari jenis kecubung, batu akik (agate), kristal bening. Begitu pula manik-manik kaca, baik monokrom maupun polikrom, telah ditemukan dalam jumlah yang berlimpah dari waktu ke waktu. Tapi semua itu, seperti diungkapkan Peter Francis Jr., telah banyak menghilang sebelum dapat dilestarikan dan dipelajari. ∎ Aceh Darussalam Academy Facebook Pages: https://www.facebook.com/AcehDarussalamAcademy/ Instagram: https://www.instagram.com/acehdarussalamacademy/ ∎ Lembaga Afiliasi: ☞ Mapesa (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh) https://www.mapesaaceh.com/ https://www.facebook.com/MapesaAceh/ https://www.facebook.com/groups/SAHABAT.MAPESA/ ☞ CISAH (Center for Information of Sumatra-Pasai Heritage) https://www.facebook.com/cisah.aceh/ ☞ PEDIR Museum https://www.facebook.com/Pedirmuseum/ https://www.instagram.com/pedirmuseum_aceh/

Posting Komentar

0 Komentar