Nisan Makam Ditemukan dalam Sungai, Masyarakat Heboh

Masyarakat menyaksikan proses evakuasi nisan kuno di
kawasan Krueng Pase, Gampong Teupin Ara,
Geudong (foto: CISAH)

PULUHAN warga Gampong Teupin Ara dan sekitarnya terlihat mengerumuni lokasi Mesjid Tuha (lama) Geudong, 500 meter sebelah selatan jalan Banda Aceh- Medan, Rabu, 22/1/2014, sejak pukul 10.00 WIB. Mereka datang untuk menyaksikan proses pengangkatan dua batu nisan tinggalan sejarah Samudra Pasai yang ditemukan dalam aliran sungai Krueng Pase, Geudong, Kabupaten Aceh Utara.

Mulia, anggota Center for Infomation of Samudra Pasai Heritage (CISAH), yang kebetulan sedang berada di lokasi segera mengabarkan hal tersebut ke sekretariat lembaga pemerhati warisan budaya Samudra Pasai itu di Lhokseumawe. Tidak lama berselang, Tim CISAH tiba di lokasi dan ikut mengamati proses evakuasi nisan- nisan tersebut dari dalam sungai untuk kemudian diletakkan di halaman Mesjid Tuha Geudong yang sedang dibangun baru. Evakuasi dilakukan secara bersama- sama oleh warga setempat.

Dari Anwar (48), warga Gampong Keude Geudong yang pertama sekali menemukan nisan-nisan itu dalam aliran sungai, diperoleh keterangan. “Sebenarnya, saya sudah lama melihat ada batu nisan pas di tengah-tengah sungai,” ungkap Anwar mengawali keterangannya kepada misykah.com, “tetapi yang nampak hanya satu nisan. Itu pun bagian puncaknya saja. Maka tidak begitu saya pedulikan.”

Namun kemarin sore, kata Anwar, saat ia turun ke sungai untuk mandi seperti biasanya, kakinya tak sengaja menyentuh satu batu nisan. Setelah diperhatikan baik- baik, nisan itu ternyata sudah tercabut. Jarak antara batu nisan ini dengan batu nisan yang sudah diketahuinya sejak lama itu sekitar 8 meter. “Terus, kedua nisan itu saya tegakkan. Dan waktu itulah saya lihat keduanya memiliki ukiran yang indah,” tutur Anwar.

Setelah diberitahukan kepada Ureung-ureung Tuha di Gampong Teupin Ara, kata Mustafa (40), warga setempat, mereka sepakat agar kedua batu nisan yang ditemukan diangkat dari dalam sungai dan diletakkan di halaman Mesjid Tuha. “Hal ini, tentunya, untuk menyelamatkan nisan-nisan bernilai sejarah itu, yang sudah terkubur dalam aliran sungai,” tambah Mustafa.

Pantauan misykah.com, di halaman Mesjid Tuha juga sudah terdapat beberapa batu nisan tinggalan sejarah Samudra Pasai. Salah satunya adalah milik seorang yang dikenal dengan Al-Wazir Al-Afdhal, seorang menteri Kerajaan Samudra Pasai yang hidup di permulaan abad ke-16. Menurut keterangan warga Gampong Teupin Ara, nisan-nisan tersebut dulunya juga diangkat dari aliran sungai. Berarti ini adalah yang kedua kalinya. Penyebab nisan-nisan ini berada di dalam sungai diperkirakan untuk sementara adalah karena abrasi yang terjadi di masa lampau. Sebuah kompleks pemakaman penting dari zaman Samudra Pasai akhirnya karam di dalam sungai untuk masa yang panjang. (Sukarna Putra, Herman, Khairul Syuhada)

Dikutip dari www.misykah.com, website resmi Cisah, tayang pada Januari 2014.

Baca juga :
Nisan dalam Krueng Pase Milik Puteri Kerajaan


Lihat foto-fotonya:








Posting Komentar

0 Komentar