Foto: CISAH, 2015 |
Bulan Kemenangan
Merasakan lapar, untuk menjadi lebih tanggap dan peka terhadap keadaan mereka yang tubuhnya lunglai, bergetar, matanya nanar menatap kekosongan, perutnya merintih, begitu pula hatinya. Peka untuk memantau di lingkungan sekitar mana rumah yang tidak mengepul asap dari dapurnya, mana rumah yang menyuarakan rengek dan tangis anak-anak pada saat jam-jam makan. Peka untuk memberi, bukannya membangun tembok tinggi di sekeliling rumah untuk menyumbat telinga dan hati, dan memandang remeh pagar sosial.
Muslim berbahagia karena memiliki Ramadhan, bulan yang membimbingnya cara memiliki kepekaan dan membangun mutu kemanusiaannya. Bulan yang membimbingnya cara memenangkan banyak hati dan perasaan, dan dengan begitu, ia pasti memenangkan ridha Tuhan.
Berkat Ramadhan, muslim hidup dengan kepekaan itu. Bahkan sampai mati dalam kepekaan itu. Malah, dari suatu kematian pun, ia masih menyuarakan pentingnya kepekaan itu; selalu ingin berpesan bahwa kepekaan itu sesungguhnya adalah kekuatan. Kekuatan untuk memenangkan hati banyak orang; kekuatan untuk mengubah keadaan; kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa.
Berikut ini, izinkan saya menjadi penyambung lidah dari sebuah pesan berasal dari suatu kematian; dari kelampauan yang jauh; dari pedalaman yang tidak terhitung jauhnya dari jantung dunia Islam. Pesan berbahasa Arab; dipahat dengan kaligrafi Arab yang unik; disebut sebagai sebuah hadits; pada sebuah batu penanda kematian (batu nisan Pasai) di Gampong Serbajaman, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara; tapi isinya, kiranya, sama sekali tidak bertalian dengan kematian, malah sebaliknya adalah tentang kehidupan, di dunia dan akhirat.
Pesan itu berbunyi:
من أشبع جائعا حرم الله عليه النار
"Barangsiapa yang mengenyangkan orang lapar, niscaya Allah mengharamkan neraka untuknya."
Saya tidak berhasil menemukan teks ini sebagai sebuah hadits, tetapi Al-Hafizh Ibnul Fakhir Al-Ashbahaniy (w. 564 H) meriwayatkan dalam kitabnya "Mujibatul Jannah" (Amal-amal yang memastikan masuk syurga) sebuah hadist berbunyi:
من فطر صائماً فله الجنة، ومن أشبع جائعاً، فله الجنة... (إلى آخر الحديث)
"Barangsiapa memberi makan orang berpuasa, maka baginya syurga, dan barangsiapa mengenyangkan orang lapar, maka baginya syurga... (sampai akhir hadits)"
موجبات الجنة لابن الفاخر الأصبهاني
Dari sini, jika pertanyaannya adalah semisal mengapa Islam segera dipeluk dan dengan cepat menyebar di masa lampau; mengapa Islam kemudian dipeluk erat dan difanatiki? Salah satu jawaban yang bisa diberikan, tentunya, karena Islam punya Ramadhan, sang penghulu bulan, yang akan terus membimbing Muslim untuk memiliki kepekaan berkasih sayang; bulan yang mengajarkannya kekuatan untuk memenangkan hati manusia, dan tentu saja, ridha Maha Pencipta sekalian alam.
0 Komentar