Sultan 'Adilu-Llah ibn Munawwar Syah "Semoga Kerajaan Aceh Mengalir menuju Arahannya"


Hanya karena sikap adilnya yang menakjubkan, ia dijuluk dengan 'Adilu-Llah (Orang Adil Allah). Di antara orang-orang dan para penguasa yang adil, ia lebih. Ia adalah orang adil-Nya; konsisten menegakkan keadilan sebagaimana perintah-Nya. Kabar tentang kehadiran tokoh-tokoh semisal inilah yang membuat ngiang kebesaran masa silam Aceh dapat dibenarkan sekaligus bermakna bagi keteladanan. Surat batu nisan yang akan dibacakan
berikut ini ibarat sebuah celah menuju ke batin sejarah Aceh di mana pendulang terampil akan memperoleh emas dan manikam pelajaran tak ternilai harga.
Bacaan ini adalah untuk menjunjung instruksi Adinda Tuan Mizuar Mahdi Al-Asyi, Ketua Mapesa, Tuan Arya Purbaya, Tuan Irfan M Nur, dan Yang Terhormat Tuan Kolonel Jun Mastra.
Foto-foto dibuat secara eksklusif oleh Tuan Sutradara Irfan M Nur di lokasi Kompleks Makam Sultan 'Adilu-Llah ibn Munawwar Syah, Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh.
أ. ١. انتقل السلطان
٢. المرحوم المغفور المكرم
٣. ونقاش المراتب المحترم
ب. ١. بهدي المواهب سيّر الفوايد
٢. صاحب الجود والكرم وهو
٣. السلطان عادل الله
ج. ١. ابن السلطان منور شاه
٢. مات يوم الأحد وقت العصر
٣. الثلاثين من شهر جمادى الأولى
د. ١. سنة سبع وأربعين وتسعماية من هجرة النبي
٢. [خير البرية اللهم اغفر لصاحب هذا المرقـد
٣. واجعل المملكة ميوعة إلى أمره


Bunyi surat batu nisan sekaligus:
انتقل السلطان المرحوم المغفور المكرم ونقاش المراتب المحترم بهدي المواهب سير الفوائد صاحب الجود والكرم وهو السلطان عادل الله ابن السلطان منور شاه مات يوم الأحد وقت العصر الثلاثين من شهر جمادى الأولى سنة سبع وأربعين وتسعمائة من هجرة النبي خير البرية اللهم اغفر لصاحب هذا المرقد واجعل المملكة ميوعة إلى أمره
Terjemahan:
(Telah berpulang Sultan al-marhum, al-maghfur, yang mulia, sang pengukir tingkatan-tingkatan amal yang berat, yang dimuliakan dengan anugerah-anugerah yang menunjukinya, dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang menuntunnya, sang pemurah dan penyantun, dan dia adalah Sultan 'Adilu-Llah putra Sultan Munawwar Syah. Meninggal dunia pada hari Ahad, waktu 'Ashar, tiga puluh dari bulan Jumadal Ula tahun sembilan ratus empat puluh tujuh (30 Jumadal Ula 947) dari hijrah Nabi, ciptaan terbaik di atas seluruh ciptaan-Nya. Ya Allah, ampunilah pemilik pusara ini, dan jadikanlah kerajaan ini mengalir mengkuti arahannya).
Refleksi:
Tak lagi Merasakan Musim
di kota ini
aku tak lagi merasakan musim
peredaran waktu di sini
hanyalah arus tak beralun
elang terbang heran
manalah indah sungai
yang tak berlekuk-lubuk
penyair 'tlah diam seribu basa
penutur kisah hilang ide cerita
pemikir memang tlah lama pergi
pejuang menjual bintang jasa murah-murah
di kota ini
aku tak lagi merasakan musim, Tuan
bisikku pada batu berpahat namamu
kemana pergi para senimanmu
yang dulu melunakkan kerasnya batu
seperti Tuan melunakkan hati mereka
mengapa menghilang
setelah menumpahkan cinta di ukiran
seperti Tuan mengukir cinta di hati mereka
apakah mereka bersamamu, Tuan
menikmati perputaran seribu musim aneka bunga
aku cemburu

Punge Blang Cut, 28 Dzulhijjah 1443. Oleh: Musafir Zaman, Pertama kali dirilis di Grup Facebook MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh) pada Rabu 22 Juli 2022



Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
peradaban aceh yang luar biasa penuh ilmu dan seni