Sejarah adalah juga untuk keteguhan hati!

Sejarah adalah juga untuk keteguhan hati!

"Dan semua kisah rasul-rasul, Kami Ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami Teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman." (Hud: 120)
Karena itu, keadaan yang saya sebut dalam "postscriptum" nantinya telah kembali mengingatkan saya kepada balasan dari sebuah surat yang ditulis puluhan tahun yang silam. Mengingat untuk meneguhkan hati!
Sebuah surat dikirim dari Sambas, Borneo Barat, pada 12 Rabi'ul Akhir 1348 (17 September 1929). Pengirimnya Muhammad Basyuni 'Imran, Imam Maharaja Sambas. Surat tersebut ditujukan kepada gurunya, Sayyid Rasyid Ridha, pemilik Al-Manar. Isi surat menyarankan Amir Syakib Arsalan untuk membentangkan jawaban di Al-Manar tentang faktor-faktor penyebab kemunduran umat Islam dan faktor-faktor yang telah mengantarkan orang-orang Eropa, Amerika dan Jepang kepada kemajuan. Amir Syakir Arsalan kemudian menjawab, dan jawaban panjang yang dikhatamkannya di Lausanne (sebuah kota di Danau Geneva, Swiss) pada 11 November 1930 berujung pada kesimpulan:
"Untuk bangkit, terdepan dan naik ke jenjang-jenjang kejayaan serta maju sebagaimana bangsa-bangsa lainnya, kewajiban umat Islam adalah berjuang dengan harta dan jiwa, yang berkali-kali Allah perintahkan itu dalam Al-Qur'an, yakni apa yang dewasa ini disebut dengan dedikasi (pengabdian). Untuk maju, sesungguhnya, bukan dengan membaca teori-teori Einstein dan hal-hal lain semisalnya. Itu bukanlah sesuatu yang substansial, tapi parsial. Hal-hal semisal itu merupakan "konklusi" (hasil capaian) bukan "premis" (proses dan upaya). Dan sesungguhnya, adalah dedikasi, atau jihad dengan harta dan jiwa, itulah ilmu tertinggi yang akan menghubungi seluruh ilmu pengetahuan. Apabila umat Islam belajar "ilmu" ini serta mempraktikkannya, maka seluruh ilmu pengetahuan akan datang mendekatinya, dan seluruh buah hasil ilmu pengatahuan niscaya dituainya."
Jawaban Amir Syakib Arsalan kemudian diterbitkan dalam wujud buku bertajuk:
لماذا تأخر المسلمون ، لماذا تقدم الآخرون
(Mengapa umat Islam mundur dan lainnya maju?)
Sulit untuk memilih satu alinea yang penting untuk ditunjukkan sebagai misal jawaban yang dibentangkan dalam buah karya pikir dan iman tersebut sebab setiap barisnya adalah penting dan berhak untuk dicermati secara mendalam. Namun demikian, saya telah memaksakan diri untuk memilih baris-baris berikut sebagai salah satu misal jawaban Amir Syakib Arsalan tentang mengapa umat Islam mundur dan lainnya maju:
"Kita memperhatikan bagaimana orang-orang Islam telah meninggalkan "budaya" waqaf dan berbagai bentuk lembaga kebajikan yang diwariskan oleh para pendahulu. Mereka malah enggan berderma dengan harta milik mereka sendiri. Dalam bidang berderma untuk berbagai kepentingan umum, mereka tidak ada apa-apanya dibanding orang-orang Eropa! Lantas bagaimana mereka bisa berharap untuk dapat mencapai posisi kehebatan, kekuatan dan kekuasaan yang diduduki oleh orang-orang Eropa, sementara tingkat pengorbanan dan semangat berderma yang mereka miliki jauh tertinggal dari orang-orang Eropa?! Kerja untuk mencapai kekuasaan di muka bumi ini sebenarnya mirip dengan kerja bertani; sebesar mana ketekunan Anda mengolah tanah, sebesar itu pula hasil yang Anda tuai. Kurang tekun, dengan demikian, kurang hasil. Tapi, orang-orang Islam menginginkan kekuasaan serupa kekuasaan orang-orang Eropa dengan tanpa upaya dan pengorbanan, bahkan dengan tanpa sedikit pun ingin kurang kesenangan yang sedang mereka nikmati. Mereka lupa bahwa Allah Ta'ala telah berfirman:
"Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan suatu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155)
Postscriptum:
Sehubungan dengan kas Mapesa dalam keadaan minus, saya dapat mendaftarkan beberapa tanggapan yang sudah lazim, dan tidak lagi membuat pedih:
1. Tidak penting!
2. Ah, itu 'kan urusan kelompok Mapesa. 'Kan nggak ada siapa pun yang suruh!
3. Ajukan proposal ke pemerintah. Pemerintah harus mendukung!
4. Makanya, bangun kerja sama dengan pemerintah!
5. Apresiasi kepada Mapesa. Teruslah berjuang demi sejarah indatu bla..bla...bla..
6. Saya ngikuti kegiatan Mapesa. Jroh! Luar biasa! Hidup Mapesa! Allahu Akbar!
7. Saya "like-like" saja.
8. Dari kami doa. Nyan yang na mudah!



Oleh Musafir Zaman Dikutip dari group Mapesa

Posting Komentar

0 Komentar