Kunjungan Syaikh Sa'id Abdul Latief Fudah (الشيخ سعيد فودة)

 (Ulama besar Ilmu Kalam/Pemangku Kursi Imam Fakhruddin Ar-Razi).

Jum'at 30 Dzulqa'dah/07 Juni 2024, sekitar pukul 11.25 sebelum waktu Jum'at, Tim MAPESA "MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH" dan PEDIR Museum menerima kunjungan silaturahim Ulama besar ilmu Kalam adalah Yordania, Syaikh Sa'id 'Abdul Latief Fudah, yang juga pemangku Kursi Imam Fakhruddin Ar-Razi.
Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui akar peradaban Islam di Aceh dan perkembangan kelimuan selama kurang lebih 800 tahun terakhir.
Ketua Mapesa, Mizuar Mahdi Al-Asyi menjelaskan kedudukan Aceh dimasa lampau sejak masa Sumatra Pasai hingga Aceh Darussalam sebagai pelindung ummat Islam di kawasan Asia Tenggara. Banyak ulama-ulama yang telah menghiasi lintasan sejarah Aceh dan menjadi pengawal ahlul Sunnah wal-Jamaah, baik yang dilaporkan oleh Ibnu Bathuthah maupun yang makam-makam para ulama tersebut sudah ditemukan. Ketua Mapesa juga menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini belum ditemukan karya-karya Ulama Aceh yang berasal dari abad 7 H-10 H/13-16 M. Akan tetapi bukti -bukti lainnya sampai saat ini hanyalah batu nisan. Sedangkan abad 17-19 M baru ditemukan banyak manuskrip/Karya-karya Ulama Aceh.
Kemudian Syaikh dipersilahkan masuk ke ruang PEDIR Museum dan dipandu oleh Masykur Syafruddin Luengputu Manuskrip Aceh (Direktur Pedir Museum) untuk melihat khazanah keilmuan yang ditinggalkan oleh para ulama-ulama Aceh di masa lampau.
Karena salah satu tujuannya juga untuk mengetahui perkembangan pemikiran Islam di Aceh dan polemik antara pemikiran Hamzah Al-Fanshuri, Syamsudin Sumatrani, maka syaikh diperlihatkan karya-karya ulama tersebut dan diberikan salinan berupa soft copy kepada syaikh untuk beliau pelajari.
Selain memperkenalkan dan memberikan pandangan terhadap ke-3 ulama tersebut, juga diperlihatkan manuskrip-manuskrip dalam bidang akidah seperti Bidayatul Hidayah Syarh Ummul Barahin karya Syaikh Muhammad Zain ibn Faqih Jalaluddin Al-Asyi, manzhumah 'aqidah karya Sayyid Busu, Pidie (Sayyid Ahmad ibn 'Ali) dan tarjamah Teuku Cut ibn Faqih Geulumpang Minyeuk dan karya-karya Syaikh Yusuf ibn Isma'il Al-Fidiry dan Syaikh Abbas Bin Muhammad Kita Karang dalam kitab Nashihatul Ikhwan terkait persoalan tasauf di Aceh abad 19.
Kunjungan ini diakhiri dengan doa dari Syaikh untuk Mapesa-Pedir Museum. Ketua Mapesa dan Pedir Museum juga menghadiahkan buku-buku terbitan Mapesa dan beberapa salinan-salinan manuskrip Ulama Aceh.
Berikut ini terjemah dari kalimat (kesan) Syaikh untuk MAPESA-Pedir Museum yang diterjemahkan oleh Mutawalli Taqiyuddin:
𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝑎𝑚𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑎ℎ𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑀𝑎ℎ𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑆𝑒𝑔𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑢𝑗𝑖 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑇𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑠𝑡𝑎 𝐴𝑙𝑎𝑚. 𝑆𝑎𝑙𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑆𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑙𝑎 𝑅𝑎𝑠𝑢𝑙, 𝑁𝑎𝑏𝑖 𝑀𝑢ℎ𝑎𝑚𝑚𝑎𝑑 𝑆𝑎𝑤.
𝑃𝑢𝑗𝑖 𝑠𝑦𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑤𝑡. 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑧𝑖𝑎𝑟𝑎ℎ𝑖 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 𝑀𝐴𝑃𝐸𝑆𝐴, 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑀𝑢𝑠𝑒𝑢𝑚 𝑃𝑒𝑑𝑖𝑟. 𝑆𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑚𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑙𝑖𝑎. 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑟𝑒𝑘𝑎𝑛-𝑟𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑢ℎ𝑢𝑑𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑟𝑎 𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎 (𝐴𝑐𝑒ℎ) 𝑖𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑖 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑘𝑙𝑢𝑚𝑎𝑡, 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑘𝑟𝑖𝑝 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑛𝑦𝑎 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑖𝑑𝑎ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑐𝑖 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑠𝑦𝑢𝑏ℎ𝑎𝑡) 𝑑𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 (𝐴𝑐𝑒ℎ) 𝑑𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑖𝑟𝑎-𝑘𝑖𝑟𝑎 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑘 𝑎𝑏𝑎𝑑 𝑘𝑒-7 𝐻 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎. 𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝐴𝑐𝑒ℎ 𝑗𝑎𝑢ℎ 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑎𝑏𝑎𝑑 𝑘𝑒-7 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡). 𝑇𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑧ℎ𝑎𝑏 𝐴ℎ𝑙𝑢 𝑆𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎𝑏 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑆𝑦𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑘𝑖𝑡𝑎𝑏 𝐴𝑞𝑎𝑖𝑑 𝐴𝑛-𝑁𝑎𝑠𝑎𝑓𝑖𝑦𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑦𝑎𝑟ℎ 𝐼𝑚𝑎𝑚 𝑆𝑎'𝑑𝑢𝑑𝑑𝑖𝑛 𝐴𝑡-𝑇𝑎𝑓𝑡𝑎𝑧𝑎𝑛𝑖, 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑆𝑦𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐴𝑞𝑎𝑖𝑑 𝐴𝑠-𝑆𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑦𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑀𝑎𝑛𝑧ℎ𝑢𝑚𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ-𝑟𝑖𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑀𝑎𝑧ℎ𝑎𝑏 𝐴ℎ𝑙𝑢 𝑆𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ.
𝑆𝑒𝑚𝑜𝑔𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑤𝑡. 𝑠𝑒𝑛𝑎𝑡𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑡𝑢 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 (𝐴𝑐𝑒ℎ) 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑟𝑙𝑢𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑢𝑛 𝑖𝑙𝑚𝑖𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑔𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖-𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑖𝑛. 𝐾𝑖𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑜𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑤𝑡. 𝑠𝑒𝑚𝑜𝑔𝑎 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖-𝑁𝑦𝑎.
𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑘𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎-𝑁𝑦𝑎 𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑖.
𝑆𝑎𝑖𝑑 𝐹𝑢𝑑𝑎ℎ
2024 𝑀
𝐾𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ 𝑎𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ
---
Punge Blang Cut, 30 Dzulqa'dah 1445 H.
Oleh: Masykur Syafruddin (Luengputu Manuskrip Aceh)








































Posting Komentar

0 Komentar