Mesjid Tuha Mukim Siem dan Kulam

Ekspedisi Krueng Kale (3)



Postingan ini adalah publikasi ketiga dari ekspedisi Krueng Kale yang dijalankan oleh Aceh Darussalam Academy bersama dengan PEDIR Museum dan MAPESA pada Selasa, 10 Rabi’ul Awal 1442 H/ 27 Oktober 2020.

Situs ketiga yang dituju adalah kompleks Masjid Tuha Kemukiman Siem di Gampong Siem, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, berjarak 150 meter dari kompleks makam Teungku di Krueng Kale Muhammad Sa’id (Teungku Chik Meunasah Baro). Di lokasi kami mendapati objek tinggalan sejarah berupa kontruksi masjid tuha dan kulam (kolam) untuk berwudhu’.

Masjid Tuha Siem diperkirakan telah berpindah dari lokasi asalnya, seharusnya berada berdampingan dengan kolam tempat wudhu’, saat ini berada di sisi utara masjid baru, kira-kira 35 meter dari kolam. Perpindahan masjid tuha dilakukan karena pembangunan masjid baru. Seorang warga yang kami jumpai di lokasi memberikan keterangan, “ Masjid tuha ini bukan pada posisi aslinya, dipindahkan dari dekat kolam dengan cara membongkar dan memasangnya kembali”.

Selembar foto penting dirilis oleh baleemukim.blogspot.com menjadi petunjuk, bahwa Masjid Tuha Siem terdiri dari dua buah bangunan dengan konstruksi kayu, (lihat: Gambar 1). Namun, saat ini kita hanya menjumpai 1 banguannya saja. Di bangunan yang tersisa itu, disimpan beberapa tiang-tiang dari bekas sebuah bangunan tua.

Ketika melakukan dokumentasi dalam kegiatan ini, kami melihat bangunan bersejarah tersebut tersebut tidak lagi difungsikan semestinya, terlihat para remaja duduk berkumpul disatu sudut, sedang asik menonton film animasi Naruto dari sebuah layar televisi.

Bagian penting lain dalam kompleks masjid ini adalah sebuah kulam (kolam) yang diturab dengan batu pipih, perlu dipertahankan dan butuh perawatan karena bernilai sejarah.

Mengutip postingan di Facebook oleh Teungku Mukim Siem Meudeelat pada 2 November 2018 bertajuk Dilema Kulam Tuha Mesjid Siem-Dipertahankan atau dimusnahkan?
“Kulam Tuha ini diperkirakan telah berusia di atas 100 tahun. Pembangunan kolam ini bersamaan dengan pembangunan kembali Meuseujid Siem di lokasi baru yang digerakkan oleh Panglima Tgk. Syekh Muhammad Said atau lebih dikenal dengan lakap Tgk. Syik Meunasah Baro kira kira pada akhir abad XIX atau awal abad XX. Ada cerita menarik dari pembangunan kolam ini. Dikisahkan untuk memudahkan mobilisasi material Batè Lipéh dari pegunungan, rakyat berbaris berjejer (dông meubanja) dr lokasi penambangan batu hingga lokasi pembangunan kolam yang jaraknya lebih dari 3 km.”

Selain kolam tersebut, di Kemukiman Siem juga banyak ditemukan sumur-sumur tua diturab dengan batu-bata, cincin bagian atas dibuat dari tembikar terukir, sebahagiannya masih difungsikan hingga hari ini.

Peninggalan objek-objek bersejarah ini butuh perhatian dari Dinas terkait di Kabupaten Aceh Besar atau Disbudpar Aceh.

Kebudayaan yang diwarisi oleh masyarakat Kemukiman Siem sudah sepatutnya diperhatikan oleh pemerintah. Gampong Siem juga terkenal dengan "Pok Teumpeun" tradisi tenun tradisional yang diwarisi turun temurun, memproduksi songket Aceh berkualitas tinggi.

Maka kami menilai dan mengusulkan kepada Pemerintah Aceh Besar, Gampong Krueng Kale dan Siem sangat layak dijadikan sebagai 'Gampong Wisata Budaya' di Aceh Besar.

Sebagai penutup, kami hadirkan sebuah puisi pun telah digubah oleh Asnawi, SH. (Imum Mukim Siem) pada 5 Desember 2009, untuk mengenang Mesjid Tuha ini. Puisi ini dipublikasikan di baleemukim.blogspot.com

Dokumen foto Masjid Tuha Siem


Kenangan Meuseujid Tuha

Tlah lelah engkau mengayuh zaman
jadi saksi episode pergulatan dan perjuangan anak bangsa
kala mereka berbaiat setia
tuk mengusir kaphe-kaphe belanda dari nanggroe tercinta
tlah tercatat kesaksianmu
ketika kolenel J.J.P Weijerman terkapar bersimbah darah
mengerang nyawa di depan matamu pada tanggal 20 Oktober 1883
dan ketika serdadu-serdadu Jendral buta siblah van der Heijden
lampiaskan dendam
membumihangusmu hingga rata dengan tanah
menginspirasikan Panglima Tgk Chiek Meunasah Baroe tuk terus berjuang
dan berjuang...
hingga jauh ke Dataran Tinggi Gayo
meski akhirnya terpaksa merobah strategi perjuangan
dari perang bersenjata kepada perjuangan pendidikan dayah
membina aqidah, syariah dan akhlak anak bangsa
agar mereka tak menjadi generasi kaplat dan sangkilat...
Meuseujid Tuha...
beliau pula yang membangunkanmu dari lelap kuburmu
meski dalam dandanan bersahaja
kau taburkan kedamaiaan dan kesejukan...
ketika tambo kembali ditabuhkan
azan dan iqamah kembali dikumandangkan
Meuseujid Tuha...
maafkan generasi kami
tak dapat menghargaimu
menyingkirkanmu dalam renta
tanpa asuhan cinta...
karna alasan sederhana "demi tuntutan zaman"

Mukim Siem, 5 Desember 2009
Asnawi, SH (Imeum Mukim Siem)

Berikut gambar-gambar dari kompleks masjid dan kulam tuha Mukim Siem, di Gampong Siem Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Gambar-gambar direkam oleh Irfan M Nur

Tim ekspedisi:
Masykur Syafruddin (Luengputu Manuskrip Aceh)
Rahmat Riski
Anharullah Anharullah
Dedy Afriadi (Dedy Kalee)
Chairul Hidayah Al-asyi
Farid Qhairi
Hasan Al Basri

Postingan ini disiarkan oleh Luengputu Manuskrip Aceh (Direktur PEDIR Museum).


Gallery Foto



















Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
TANOH Indatu